IBU
Ya,sosok seorang Ibu yang penuh dengan jasa
dan kasih sayang yang melimpah. Kasihnya tak terbalaskan walaupun bencana yang
melebihi siksaan maut sekalipun,sang Ibu dengan senang hati akan tetap menjaga
anaknya. Seperti dalam kisah ini,pengorbanan sang Ibu pada Putrinya yang tak
terhingga bagai seorang diri yang
mengais kebahagiaan dari sang Putri,dari ukiran hidup yang telah di ukir
sebagaimana rupa sang Ibu tetap senantiasa ada untuk Putrinya,walaupun kelak
hanya tetesan air mata yang di perolehnya.
Putri adalah nama seorang gadis SMA yang
sejak kecil hidup mewah bersama Ibu dan neneknya. Tak heran jika setau
orang-orang Dia adalah Putri yang berbakat dan terkenal primadona. Cita-cita
nya pun tak lain adalah menjadi seorang artis terkenal yang dikenal di berbagai
Negara.
“gimana mau jadi artis
terkenaal ya?.. sedangkan kalau harus wawancara pada wartawan saja sudah malu
karna punya Ibu yang,, gitu deh.” Sindir very,salah satu teman sekelas Putri.
“eh.. apa maksud lo? Lo
ngatain gue?”.. tabrak Putri yan tak mau kalah.
“eh,put. Gue gak ngatain
lo ya,emang fakta kan kalau Ibu lo kaya gitu?”…
Kali ini Putri hanya terDiam,pergi
meninggalkan very dan gengnya. Memang sejak kecil Putri sudah sering malu karna
punya Ibu yang tidak memiliki daun telinga. Dia lebih memilih di antar oleh pak
ujang,supir pribadinya,daripada harus Diantar oleh Ibunya. Terkadang nenek yang
mengantarkan,namun karna serring pergi keluar kota Putri semakin merasa risih
tinggal di rimah itu.
Seprti hal yang terjadi
siang itu.
“udah pulanng sekolah
nak?’ sapa Bu Mia (Ibu Putri)
“udah.!!!” Jawab Putri
ketus
“sini makan siang dulu,Ibu
udah masak nih makanan kesukaan Kamu.”
“ogah,gak nafsu.”
KemuDian Putri masuk ke
dalam kamarnya dan menutup kuping dengan bantalnya. Hal itu sudah biasa Dia
lakukan pada Ibuya.
Suatu hari ketika di
rumah itu hanya terdapat Putri dan Ibunya,Dia mlontarkan kata-kata pada Ibunya.
“Bu,Putri udah cepek
hidup kaya gini terus. Besok adalah hari penentuan untuk Putri bias menjadi
artis. Ini karir Putri Bu, Ibu harusnya bias ngertiin Putri.”
“apa maksud Kamu put?”…
“aku mau ibi pergi dari
sini dan menjauh dari kehidupan aku.”
“asgtafirulloh.. puri.
Apa yang Kamu katakana barusan??...”
“oh,Ibu kurag jelas? Aku
mau Ibu pergi dari sini. Aku malu Bu,sejak kecil di permalukan sama temen-temen
karna Ibu gak punya daun telinga. Bila perlu Bu pasang daun telinga palsu aja
biar seenggaknya gak malu-maluin gitu.”
“baik kalau Kamu memang
maunya seperti itu,Ibu akan pergi.”
“ya baguslahsecepatnya
kalau bisa.”
Hari itu juga Bu Mia
meninggalakan rumah,Dia berjalan jauh menuju guBuk kecil dimana Dia dulu
tinggal disana bersama suami dan Putri.
“yeye..yes. akhirnya gue
bisa ngewujudin impian gue,ya walaupun belum seutuhnya. Hem.. bahagianya hidup
gue,,”
“o’oh,jadi karir Kamu
sukses?” celetuk suara yang aslanya dari balik kursi tua,
“eh.. nenek. Nenek udah
pulang,, em.. Putri lagi bahagis nih nek.” (sambil memeluk neneknya)
“karir sukses,tapi
dengan cara mengusir Ibu kandung sendiri? Gitu?”…
“(melepaskan pelukan
nya) em.. nenek udah tau ya?...”
“iya.”
“maafin Putri nek,tapi
inikan jalan yang terbaik.”
“apa maksud Kamu?”
“sebenarnya Dia Bukan Ibu
kandungku kan? Dia hanya seorang babysitter yang mengurusku sejak kecil?..”
“plaakkkk….!!!”(nenek
menampar pipi Putri)
“nenek, nenek menampar
aku?”
“jadi selama ini,itu
yang Kamu fikirkan tentang Ibumu?”
“memang iya kan nek?”
“keterlaluan,!!! Kamu
harusnya malu berkata seprti itu. Dia adalah Ibu kandung Kamu.
17 tahun yang
lalu,ketika ayah dan Ibumu hidup berdua. Nenek yang memaksa untuk pindah
kerumah ini,dengan ancaman nenek tidak akan menganggap anak jika tidak mau
tinggal di rumah ini. Konyol memang,tapi itu semua karna nenek kesepian.
Sewaktu perjalanan menuju kemari,kendaraan yang di tumpangi oleh mereka
kecelakaan dan pada saat itu,Mia sedang mengandung. Fahri,ayahmu meninggal pada
saat perjalanan menuju rumah sakit. Sedangkan Mia selamat dan melahirkan bayi
premature. Na’as,bayi yang dilahirkanya tidak memiliki daun telinga. Melihat
keadaan itu,Mia tidak ingi apabila bayi itu besar nanti akan malu karna cacat.
Akhirnya Dia menyumbangkan daun telinga nya agar kelak sang anak tidak malu.
Demi anaknya Dia rela menangggung malu,dan anaknya itu adalah Kamu Putri. Kamu
adalah anaknya. Kamu seharusnya bersyukur karna punya Ibu seperti Dia. Dia
meminta nenek untuk merahasiakan semua ini dari Kamu. Tapi Kamu sudah sangat
keterlaluan. Kamu fikir Kamu benar-benar berasal dari keluarga mampu?.. tidak!!
Dulu ayahmu hanya seorang kuli dan Ibumu hanya seorang penenun. Kamu ingat biola
kecil yang Kamu tumpuk di gudang? Itu adalah pemberian Ibu mu saat Kamu ulang
tahun yang ke-5. Hasil jerih payah nya darii menenun. Tap kini Kamu telah
mengusirnya,sosok wanita yang baik hati dan mulia itu harus teraniaya oleh anak
nya sendiri yang Dia sayangi.
Mendengar cerita dari
sang nenek,Putri menangis meratapi diri. Berbagai cara di lakukan oleh Ibunya
untuk menarik perhatiannya,Diabaikan begitu saja olehnya. Kini penyesalan yang
meliputi diri Putri.
“di mana Ibu sekarang
nek?”
“untuk apa Kamu menanyakan
Dia?”
“Putri ingin minta maaf
nek,Putri ingin bersujud di bawah kaki nya dan meminta ampun. Putri udah
berdosa besar pada nya nek.”
“jika memang itu menjadi
niat Kamu,temui Dia di kampong ramButan,rumahnya
terletak di pinggir hutan.”
Dengan membawa biola,Putri
berangkat mencari sang Ibu. Cuaca panas saat itu tak dihiraukan olehnya demi
bertemu dengan Ibunya. Setalah susah payah mencari alamat,akhirnya di temui
olehnya guBuk kecil di pinggir hutan kampong ramButan. Dilihatnya dari
kejauhantampak seorang wanita setengah baya sedang asyik menenun di depan
rumahnya.
Putri melangkahkan kakinya
selangkah demi salangkah,
“kasih Ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi
Tak harap kembali,bagai sang surya menyinari dunia….”
Putri melantunkan lagu
“kasih Ibu” sambil memainkan biolanya.
Bu Mia menoleh dan
tersenyum melihat kedatangan Putri.
“Ibu,maafin Putri. Gak
seharusnya Putri berlaku kasar pada Ibu,maafin Putri Bu..”(tangis Putri memeluk
kaki Ibunya)
“Putri,Ibu senang Kamu
dating kemari. Ibu gak pernah marah sama Kamu kok,Ibu saying sama Kamu.”
Walaupun Putri sering
berBuat kasar pada Ibunya,namun sang Ibu tetap saying padanya. Hingga akhirnya Putri
membawa pulang Ibunya ke rumah neneknya. Kini,Putri sudah tidak malu lagi
memiliki Ibu yang tidak memiliki daun telinga. Karirnya tetap sukses berkat doa
dan semangat dari sang Ibu. Itula hsalah satu wujud betapa besar kasih dan peSngorbanan
dari sang Ibu.
Nama
Pengarang : Novirianti Asta
Ningrum
Tempat tanggal lahir :
Martapura,09 november 1995
Kelas : XI IPA
Sekolah :
SMAN 01 Pagar Dewa
Hobby : Membaca dan menulis
Alamat : Aji Murni
Jaya
No
Rekening :
0605-01-001558-53-9 atas nama Suwanto
Spd. BRI KC tulang bawang
NO. HP :085789366289
Tidak ada komentar:
Posting Komentar