Jumat, 27 Juni 2014

IBU


IBU
 Ya,sosok seorang Ibu yang penuh dengan jasa dan kasih sayang yang melimpah. Kasihnya tak terbalaskan walaupun bencana yang melebihi siksaan maut sekalipun,sang Ibu dengan senang hati akan tetap menjaga anaknya. Seperti dalam kisah ini,pengorbanan sang Ibu pada Putrinya yang tak terhingga bagai seorang diri yang  mengais kebahagiaan dari sang Putri,dari ukiran hidup yang telah di ukir sebagaimana rupa sang Ibu tetap senantiasa ada untuk Putrinya,walaupun kelak hanya tetesan air mata yang di perolehnya.

  Putri adalah nama seorang gadis SMA yang sejak kecil hidup mewah bersama Ibu dan neneknya. Tak heran jika setau orang-orang Dia adalah Putri yang berbakat dan terkenal primadona. Cita-cita nya pun tak lain adalah menjadi seorang artis terkenal yang dikenal di berbagai Negara.
“gimana mau jadi artis terkenaal ya?.. sedangkan kalau harus wawancara pada wartawan saja sudah malu karna punya Ibu yang,, gitu deh.” Sindir very,salah satu teman sekelas Putri.
“eh.. apa maksud lo? Lo ngatain gue?”.. tabrak Putri yan tak mau kalah.
“eh,put. Gue gak ngatain lo ya,emang fakta kan kalau Ibu lo kaya gitu?”…
Kali ini Putri hanya terDiam,pergi meninggalkan very dan gengnya. Memang sejak kecil Putri sudah sering malu karna punya Ibu yang tidak memiliki daun telinga. Dia lebih memilih di antar oleh pak ujang,supir pribadinya,daripada harus Diantar oleh Ibunya. Terkadang nenek yang mengantarkan,namun karna serring pergi keluar kota Putri semakin merasa risih tinggal di rimah itu.
Seprti hal yang terjadi siang itu.
“udah pulanng sekolah nak?’ sapa Bu Mia (Ibu Putri)
“udah.!!!” Jawab Putri ketus
“sini makan siang dulu,Ibu udah masak nih makanan kesukaan Kamu.”
“ogah,gak nafsu.”
KemuDian Putri masuk ke dalam kamarnya dan menutup kuping dengan bantalnya. Hal itu sudah biasa Dia lakukan pada Ibuya.
Suatu hari ketika di rumah itu hanya terdapat Putri dan Ibunya,Dia mlontarkan kata-kata pada  Ibunya.
“Bu,Putri udah cepek hidup kaya gini terus. Besok adalah hari penentuan untuk Putri bias menjadi artis. Ini karir Putri Bu, Ibu harusnya bias ngertiin Putri.”
“apa maksud Kamu put?”…
“aku mau ibi pergi dari sini dan menjauh dari kehidupan aku.”
“asgtafirulloh.. puri. Apa yang Kamu katakana barusan??...”
“oh,Ibu kurag jelas? Aku mau Ibu pergi dari sini. Aku malu Bu,sejak kecil di permalukan sama temen-temen karna Ibu gak punya daun telinga. Bila perlu Bu pasang daun telinga palsu aja biar seenggaknya gak malu-maluin gitu.”
“baik kalau Kamu memang maunya seperti itu,Ibu akan pergi.”
“ya baguslahsecepatnya kalau bisa.”
Hari itu juga Bu Mia meninggalakan rumah,Dia berjalan jauh menuju guBuk kecil dimana Dia dulu tinggal disana bersama suami dan Putri.
“yeye..yes. akhirnya gue bisa ngewujudin impian gue,ya walaupun belum seutuhnya. Hem.. bahagianya hidup gue,,”
“o’oh,jadi karir Kamu sukses?” celetuk suara yang aslanya dari balik kursi tua,
“eh.. nenek. Nenek udah pulang,, em.. Putri lagi bahagis nih nek.” (sambil memeluk neneknya)
“karir sukses,tapi dengan cara mengusir Ibu kandung sendiri? Gitu?”…
“(melepaskan pelukan nya) em.. nenek udah tau ya?...”
“iya.”
“maafin Putri nek,tapi inikan jalan yang terbaik.”
“apa maksud Kamu?”
“sebenarnya Dia Bukan Ibu kandungku kan? Dia hanya seorang babysitter yang mengurusku sejak kecil?..”
“plaakkkk….!!!”(nenek menampar pipi Putri)
“nenek, nenek menampar aku?”
“jadi selama ini,itu yang Kamu fikirkan tentang Ibumu?”
“memang iya kan nek?”
“keterlaluan,!!! Kamu harusnya malu berkata seprti itu. Dia adalah Ibu kandung Kamu.
17 tahun yang lalu,ketika ayah dan Ibumu hidup berdua. Nenek yang memaksa untuk pindah kerumah ini,dengan ancaman nenek tidak akan menganggap anak jika tidak mau tinggal di rumah ini. Konyol memang,tapi itu semua karna nenek kesepian. Sewaktu perjalanan menuju kemari,kendaraan yang di tumpangi oleh mereka kecelakaan dan pada saat itu,Mia sedang mengandung. Fahri,ayahmu meninggal pada saat perjalanan menuju rumah sakit. Sedangkan Mia selamat dan melahirkan bayi premature. Na’as,bayi yang dilahirkanya tidak memiliki daun telinga. Melihat keadaan itu,Mia tidak ingi apabila bayi itu besar nanti akan malu karna cacat. Akhirnya Dia menyumbangkan daun telinga nya agar kelak sang anak tidak malu. Demi anaknya Dia rela menangggung malu,dan anaknya itu adalah Kamu Putri. Kamu adalah anaknya. Kamu seharusnya bersyukur karna punya Ibu seperti Dia. Dia meminta nenek untuk merahasiakan semua ini dari Kamu. Tapi Kamu sudah sangat keterlaluan. Kamu fikir Kamu benar-benar berasal dari keluarga mampu?.. tidak!! Dulu ayahmu hanya seorang kuli dan Ibumu hanya seorang penenun. Kamu ingat biola kecil yang Kamu tumpuk di gudang? Itu adalah pemberian Ibu mu saat Kamu ulang tahun yang ke-5. Hasil jerih payah nya darii menenun. Tap kini Kamu telah mengusirnya,sosok wanita yang baik hati dan mulia itu harus teraniaya oleh anak nya sendiri yang Dia sayangi.
Mendengar cerita dari sang nenek,Putri menangis meratapi diri. Berbagai cara di lakukan oleh Ibunya untuk menarik perhatiannya,Diabaikan begitu saja olehnya. Kini penyesalan yang meliputi diri Putri.
“di mana Ibu sekarang nek?”
“untuk apa Kamu menanyakan Dia?”
“Putri ingin minta maaf nek,Putri ingin bersujud di bawah kaki nya dan meminta ampun. Putri udah berdosa besar pada nya nek.”
“jika memang itu menjadi niat Kamu,temui Dia di  kampong ramButan,rumahnya terletak di pinggir hutan.”
Dengan membawa biola,Putri berangkat mencari sang Ibu. Cuaca panas saat itu tak dihiraukan olehnya demi bertemu dengan Ibunya. Setalah susah payah mencari alamat,akhirnya di temui olehnya guBuk kecil di pinggir hutan kampong ramButan. Dilihatnya dari kejauhantampak seorang wanita setengah baya sedang asyik menenun di depan rumahnya.
Putri melangkahkan kakinya selangkah demi salangkah,
“kasih Ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi
Tak harap kembali,bagai sang surya menyinari dunia….”
Putri melantunkan lagu “kasih Ibu” sambil memainkan biolanya.
Bu Mia menoleh dan tersenyum melihat kedatangan Putri.
“Ibu,maafin Putri. Gak seharusnya Putri berlaku kasar pada Ibu,maafin Putri Bu..”(tangis Putri memeluk kaki Ibunya)
“Putri,Ibu senang Kamu dating kemari. Ibu gak pernah marah sama Kamu kok,Ibu saying sama Kamu.”
Walaupun Putri sering berBuat kasar pada Ibunya,namun sang Ibu tetap saying padanya. Hingga akhirnya Putri membawa pulang Ibunya ke rumah neneknya. Kini,Putri sudah tidak malu lagi memiliki Ibu yang tidak memiliki daun telinga. Karirnya tetap sukses berkat doa dan semangat dari sang Ibu. Itula hsalah satu wujud betapa besar kasih dan peSngorbanan dari sang Ibu.

Nama Pengarang         : Novirianti Asta Ningrum
Tempat  tanggal lahir  : Martapura,09 november 1995
Kelas                           : XI IPA
Sekolah                       : SMAN 01 Pagar Dewa
Hobby                         : Membaca dan menulis
Alamat                                    : Aji Murni Jaya
No Rekening               : 0605-01-001558-53-9 atas nama Suwanto Spd. BRI KC tulang bawang
NO. HP                       :085789366289


Tidak ada komentar:

Posting Komentar