Satu
jam yang lalu hujan turun lagi,tepat pukul jam 4 saat semua mata masih terlelap
dengan ditemani mimpi mereka masing-masing,namun aku seorang diri yang sudah terjaga
karna perutku yang sangat sakit membangunkanku dari tidur nyenyakku itu.
Pikiranku
melayang mengingat kejadian 3 hari yang lalu,saat mantanku danu
menemuiku,terlihat begitu santai gaya hidupnya sekarang,namun aku dapat
menemukan secuil derita hidup yang tengah dia alami. Sungguh aku amat kecewa
mengetahuinya,tapi..apa boleh buat,toh aku hanya mantan dia.
“Hazael..hazael.. bego amat sih kamu,masih aja
kepikiran sampai sejauh itu” gerutuku memaki diriku sendiri
Mungkin
kisah hubunganku dengannya ini bisa dibilang aneh dan lucu,bagaimana tidak,kami
pacaran hanya 3 hari,itupun saat SMP.
“aku mau mint
putus”
“kenapa?”
“kamu itu
ternyata playboy”
“hah?? Kamu
punya bukti apa bisa ngomong kaya gitu?”
“kamu pacaran
juga kan sama kakak kelas kita,?? Sudahlah,aku mau putus,maaf. Lebih baik kamu
dengannya saja” ujarku ketus
Mulai
saat itulah terjadi perselisihan antara aku dan dia,wajar saja menurutku,karna
saat itu kami masih memiliki pikiran yang labil dan susah untuk saling
memahami.
Banyak sekali permasalahan yang akhirnya tak
terselesaikan hanya karna kami putus. Sempat dia mengajak balikan atau
CLBK,tapi aku masih berfikir panjang akan resiko yang hars aku terima suatu
hari nanti apabila kejadian yang sama terulang kembali,akupun memutuskan untuk
tidak menerimanya lagi.
Kami tetap jauhan sampai lulus SMP,dan kami masuk ke
SMA yang berbeda. Sejak saat itu tak sengaja dia sering menanyakan kabarku dan
belajarku di sekolah. Aneh sih memang,tapi ya aku anggap saja sebagai awal
permulaan persahabatan yang baru.
“boleh aku
tanya sesuatu el..?”
“boleh”
“kamu kenal
dengan yang namanya andini? Dia satu sekolah sama kamu”
“andini? Anak
XI IPA 1??”
“iya,”
“oh,iya. Dia
satu kelas denganu” ujarku
“boleh aku
minta nomor handphone nya?”
“oh
tentu,nanti aku kirimin”
“makasih ya”
“iya”
Memang
sih aku terlihat cuek,tapi sebenarnya dalam hati ini sudah dapat mengambil
kesimpulan bahwa dia sudah mampu melupakan aku,buktinya saja dia mau menembak
cewek lain. Tak ada masalah sih,lagi pula setelah putus sama dia dulu,aku juga
pacaran dengan teman dia sampai akhirnya persahabatan mereka jadi permusuhan.
Danu
dan andini kulihat semakin akrab dan hubungan mereka semakin dekat,mereka
sering bertemu dan jalan. Sampai suatu hari aku dengar kabar bahwa andini
jadian dengan danu,seneng sih aku.. karna pacarnya satu kelas denganku.
Semua
itu tak lepas dari campur tanganku sebagai mak comblang,ternyata bakat juga aku
jadi penyatu hati orang,hehe...
Selama kuranng lebih setengah tahun,tepat dihari
jadian mereka,mereka putus.
“kok bisa
sih? Kenapa?” tanyaku pada danu
“ya
biasalah,aku ketauan selingkuh”
“enteng
banget ya kamu jawabnya,itu anak orang boy”
“sapa juga
bilang anak kebo??”
“itu
tau,terus kenapa kamu selingkuhin?”
“khilaf”
“khilaf..khilaf.,berkali-kali pula”
Aku
tak lagi dekat dengan andini ataupun danu selama mereka jadian,bahkan aku
menjadi musuh bebuyutan andini di kelas,bukan hanya andini,tapi teman-teman
yang lain juga. Aku heran,kenapa mereka bisa seperti itu denganku,seolah aku
ini penjahat yang tidak pantas untuk didekati karna mereka takut aku bunuh.
Dan
baru kuketahui ternyata mereka seperti itu karna andini sudah tau,bahwa aku
pernah menjadi pacarnya danu,semua itu pasti dia ketahui dari temanya yang
mulutnya sangat ember,ina namanya. Tidak
habis fikir juga aku dengan dia,apa coba untungnya dia ngasih tau semua itu ke andini,toh
aku hanya masalalunya danu,dan tidak lebih.
“pantas saja kalo dia pacaran ga pernah langgeng,”
ujarku kesal
“sampai kapanpun juga dia ga bakalan sukses dalam
pacaran kalo kerjaanya Cuma ngerusuhin hubungan orang lain,”
Aku
lagi dan aku lagi yang jadi sasaran ina dalam profesinya yang gelap itu. Dia
berkata bahwa aku sudah menjelek-jelekan
mantanku di depan semua teman-temanku,,masalah baru lagi kan??
Akhirnya sampai detik ini aku masih bermusuhan
dengan mantanku itu,tidak enak sih memang,tapi mau bagaimana lagi.. wataknya
dia keras,dengan cara apapun aku jelaskan pasti tidak akan didengarkan.
Malam
itu danu datang kerumah dengan niat main,sempat bermain gitar dia di
depanku,dan ditemani obrolan kecil yang tak begitu penting,cukup untuk mengusir
sepi.
“kamu kenapa
sih sekarang berubah??”
“berubah
gimana?”
“kepribadian
kamu”
“maksudnya?”
“jawab
pertanyaanku,kamu sekarang brutal kan? Suka ngerokok? Prestasi mu turun? Sering
bolos? Sering alfa?”
“kamu tau
dari mana semua itu?”
“jawab
dulu,bener atau engga?”
“engga..!!”
“engga salah
lagi kan??”
“tau dari
mana kamu?”
“itu ga
penting..!!! yang penting,kamu mau sampai kapan kaya gini? Sebentar lagi
ujian,kamu mau ga lulus hanya karna galau kamu yang tidak jelas itu?”
“bukan karna
itu..!!”
“lalu..??”
“karna aku
butuh sosok ibu di sampingku” ujarnya pelan
Aku
tertunduk diam,tak berani aku membentaknya lagi karna memang situasi tidak
mendukung.
“maaf,bukan
maksudku untuk begitu,tapi pasti ibumu juga akan sedih jika tau bahwa kamu
seperti ini dan...”
“iya,aku
tau.. aku sadar akan semua itu. Tapi aku sudah terlanjur seperti ini,mau di
apakan lagi?”
“memangnya tidak bisa dirubah?? Ini hanya masalah
sepele dan,masa kamu kalah sih? Buktiin kalo kamu bisa seperti dulu lagi,mana
danu yang dulu aku kenal?”
“ya,aku akan
berubah..”
“hanya di
mulut saja”
“ya mungkin
sekarang hanya di mulut saja,tapi esok atau lain hari akan kau lihat sendiri”
Aku
hanya terdiam mendengar ocehan nya dia,sebenarnya aku sangat kasihan dan sangat
ingin membantu dia keluar dari permasalahannya,tapi apa boleh buat.. aku bukan
siapa-siapanya lagi,apalagi sejak dia datang hp nya langsung aku sita untuk
kubuka sms-sms nya..
Belum berubah,masih seperti yang dulu,senang
mengkoleksi nomor cewek walaupun hubungan mereka sebatas HTS.
Masih ku terdiam dalam sepi,tiba-tiba dia mencium
pipi kiriku dan pamit pulang. Ingin rasanya aku marah,tapi karna waktu sudah
malam,tak ingin ku mengganggu orang rumah yang sudah tidur,aku hanya cuek saja
padanya yang tidak sopan terhadapku.
Sejak
malam itu dia sering mengirimiku sms bahwa intinya dia sangat berterimakasih
kepadaku telah menjadi motivator untuknya,padahal aku tidak melakukan apapun
yang berarti,aku hanya sekedar mengingatkan dan memberitahunya saja.
“el,,aku
masih sayang sama kamu.”
“ga mungkin
dan,kita udah lama putus. Dan setelah itu kamu memiliki banyak pacar kan?
Pastilah semua itu udah musnah”
“engga
el,sampai detik ini semua itu masih utuh. Kamu cinta pertama ku,kamu orang yang
mampu mengajarkanku arti kasih sayang dan pengertian,aku sangat butuh kamu di
sisiku el..”
“aku hanya
bisa sebatas ini untuk kamu dan,”
“dari banyak
mantan-mantanku,hanya kamu yang mampu mengerti aku”
“aku bukan
milikmu lagi dan...”
“cukup kau tetap
seperti itu el,sebelum aku tak bisa melihatmu lagi secara dekat”
Tak berapa lama
aku jatuh sakit, tapi tak kudengar kabar darinya. Aku kira dia sudah
benar-benar mampu melupakanku,tapi ternyata dia juga sakit.
Aku kaget ketika
tau saat dia sakit,”kenapa harus samaan gini sakitnya?”
Selayaknya
sesame harus saling menyemangati bukan? Aku selalu member support untuk nya,dan
aku selalu mengingatkan dia untuk makan dan minum obat,walaupun keadaan ku
sendiri sedang parah waktu itu.
Entah
kenapa..dan ada angin apa,dia sembuh dengan cepat. Dia pun mengejekku karna dia
sembuh lebih dulu dariku. Aku hanya tersipu saja dengan semua itu,karna memang
kondisi ku sedang tak mendukung untuk bertengkar.
“permisi..” sapa
seorang lelaki dari depan pintu rumah
“iya..” adikku
berlari membukakan pintu
“mba nya ada
dek..??”
“ada mas,tunggu
dulu ya”
Ternyata danu yang datang dengan membawa
makanan kesukaanku,karna dia tau beberapa hari ini aku sangat malas makan.
Aku berjalan
menghampirinya dan duduk di atas kursi sofa ruang tamukku.
“gimana keadaanmu
el.?”
“ya..seperti
yang kamu lihat”
“kamu makan ya,”
sambil membuka bungkus makanan yang di bawanya
“engga ah.. kamu
aja ya yang makan”
“ala.. pokoknya
harus makan”
“tapi dan..”
“udah,buka
mulutnya”
Danu begitu
perhatian kepadaku malam itu,dia menyuapiku dan mengurusiku. Serta menemaniku
minum obat.
Dia membelai
rambutku,tatapan matanya seolah sedih melihatku yang masih harus memakai
switter ungu dan keadaan lemah itu.
“kamu cepet
sembuh ya el..”
“iya.. makasih”
Danu terus
memandangiku,seolah tak pernah melihat wajah ku saja.
“kamu kenapa
asih dan..??”
“aku sayang kamu
el.. kenapa sih,kamu gak buruan pergi dari sini?”
“kamu ngusir
aku?”
“eh..ya bukan
gitu maksudnya. Tapi.. aku susah banget buat ngelupain kamu”
“kamu pasti bisa
kok,mungkin sekarang bukan waktunya aja”
“tapi el..
semakin aku menjauh,semakin aku sayang sama kamu”
“kamu inget
kan.. kamu kaya gini hanya karna kita sering ketemu aja. dulu sebelum kita
keteu,gak kaya gini kan?”
“iya sih.. apa
ketika kamu pergi aku bisa ngelupain kamu ya?”
“pastii bisa”
“tapi aku gak
yakin?”
“harus yakin
dong”
Tak kusangka
saat dia sedang mengoceh panjang lebar sambil membekai rambutku,di ciumnya
keningku.dan di bisikannya “aku tetap sayang kamu”
Dia
akan melanjutkan kuliah di Surabaya dan aku akan melanjutkan kuliah ke
Palembang,jauh memang jarak di antara kami.. tapi,inilah hidup,ada saatnya
bertemu dan berpisah.
Bahagia saat dia
bisa melupakanku dengan semua masalalu yang pernah hadir dalam hidup kami,dia
sudah memiliki pasangan hidup yang lebih segalanya dariku,begitupun aku yang
sudah bersama andre.. seorang lelaki idaman yang penuh kasih sayang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar