Jumat, 27 Juni 2014

Aku Bukan Milikmu Lagi


            Satu jam yang lalu hujan turun lagi,tepat pukul jam 4 saat semua mata masih terlelap dengan ditemani mimpi mereka masing-masing,namun aku seorang diri yang sudah terjaga karna perutku yang sangat sakit membangunkanku dari tidur nyenyakku itu.
            Pikiranku melayang mengingat kejadian 3 hari yang lalu,saat mantanku danu menemuiku,terlihat begitu santai gaya hidupnya sekarang,namun aku dapat menemukan secuil derita hidup yang tengah dia alami. Sungguh aku amat kecewa mengetahuinya,tapi..apa boleh buat,toh aku hanya mantan dia.
“Hazael..hazael.. bego amat sih kamu,masih aja kepikiran sampai sejauh itu” gerutuku memaki diriku sendiri
            Mungkin kisah hubunganku dengannya ini bisa dibilang aneh dan lucu,bagaimana tidak,kami pacaran hanya 3 hari,itupun saat SMP.
 “aku mau mint putus”
 “kenapa?”
 “kamu itu ternyata playboy”
 “hah?? Kamu punya bukti apa bisa ngomong kaya gitu?”
 “kamu pacaran juga kan sama kakak kelas kita,?? Sudahlah,aku mau putus,maaf. Lebih baik kamu dengannya saja” ujarku ketus
            Mulai saat itulah terjadi perselisihan antara aku dan dia,wajar saja menurutku,karna saat itu kami masih memiliki pikiran yang labil dan susah untuk saling memahami.
Banyak sekali permasalahan yang akhirnya tak terselesaikan hanya karna kami putus. Sempat dia mengajak balikan atau CLBK,tapi aku masih berfikir panjang akan resiko yang hars aku terima suatu hari nanti apabila kejadian yang sama terulang kembali,akupun memutuskan untuk tidak menerimanya lagi.
Kami tetap jauhan sampai lulus SMP,dan kami masuk ke SMA yang berbeda. Sejak saat itu tak sengaja dia sering menanyakan kabarku dan belajarku di sekolah. Aneh sih memang,tapi ya aku anggap saja sebagai awal permulaan persahabatan yang baru.
 “boleh aku tanya sesuatu  el..?”
 “boleh”
 “kamu kenal dengan yang namanya andini? Dia satu sekolah sama kamu”
 “andini? Anak XI IPA 1??”
 “iya,”
 “oh,iya. Dia satu kelas denganu” ujarku
 “boleh aku minta nomor handphone nya?”
 “oh tentu,nanti aku kirimin”
 “makasih ya”
 “iya”
            Memang sih aku terlihat cuek,tapi sebenarnya dalam hati ini sudah dapat mengambil kesimpulan bahwa dia sudah mampu melupakan aku,buktinya saja dia mau menembak cewek lain. Tak ada masalah sih,lagi pula setelah putus sama dia dulu,aku juga pacaran dengan teman dia sampai akhirnya persahabatan mereka jadi permusuhan.
            Danu dan andini kulihat semakin akrab dan hubungan mereka semakin dekat,mereka sering bertemu dan jalan. Sampai suatu hari aku dengar kabar bahwa andini jadian dengan danu,seneng sih aku.. karna pacarnya satu kelas denganku.
            Semua itu tak lepas dari campur tanganku sebagai mak comblang,ternyata bakat juga aku jadi penyatu hati orang,hehe...
Selama kuranng lebih setengah tahun,tepat dihari jadian mereka,mereka putus.
 “kok bisa sih? Kenapa?” tanyaku pada danu
 “ya biasalah,aku ketauan selingkuh”
 “enteng banget ya kamu jawabnya,itu anak orang boy”
 “sapa juga bilang anak kebo??”
 “itu tau,terus kenapa kamu selingkuhin?”
 “khilaf”
 “khilaf..khilaf.,berkali-kali pula”
            Aku tak lagi dekat dengan andini ataupun danu selama mereka jadian,bahkan aku menjadi musuh bebuyutan andini di kelas,bukan hanya andini,tapi teman-teman yang lain juga. Aku heran,kenapa mereka bisa seperti itu denganku,seolah aku ini penjahat yang tidak pantas untuk didekati karna mereka takut aku bunuh.
            Dan baru kuketahui ternyata mereka seperti itu karna andini sudah tau,bahwa aku pernah menjadi pacarnya danu,semua itu pasti dia ketahui dari temanya yang mulutnya sangat ember,ina namanya.  Tidak habis fikir juga aku dengan dia,apa coba untungnya dia ngasih tau semua itu ke andini,toh aku hanya masalalunya danu,dan tidak lebih.
“pantas saja kalo dia pacaran ga pernah langgeng,” ujarku kesal
“sampai kapanpun juga dia ga bakalan sukses dalam pacaran kalo kerjaanya Cuma ngerusuhin hubungan orang lain,”
            Aku lagi dan aku lagi yang jadi sasaran ina dalam profesinya yang gelap itu. Dia berkata  bahwa aku sudah menjelek-jelekan mantanku di depan semua teman-temanku,,masalah baru lagi kan??
Akhirnya sampai detik ini aku masih bermusuhan dengan mantanku itu,tidak enak sih memang,tapi mau bagaimana lagi.. wataknya dia keras,dengan cara apapun aku jelaskan pasti tidak akan didengarkan.
            Malam itu danu datang kerumah dengan niat main,sempat bermain gitar dia di depanku,dan ditemani obrolan kecil yang tak begitu penting,cukup untuk mengusir sepi.
 “kamu kenapa sih sekarang berubah??”
 “berubah gimana?”
 “kepribadian kamu”
 “maksudnya?”
 “jawab pertanyaanku,kamu sekarang brutal kan? Suka ngerokok? Prestasi mu turun? Sering bolos? Sering alfa?”
 “kamu tau dari mana semua itu?”
 “jawab dulu,bener atau engga?”
 “engga..!!”
 “engga salah lagi kan??”
 “tau dari mana kamu?”
 “itu ga penting..!!! yang penting,kamu mau sampai kapan kaya gini? Sebentar lagi ujian,kamu mau ga lulus hanya karna galau kamu yang tidak jelas itu?”
 “bukan karna itu..!!”
 “lalu..??”
 “karna aku butuh sosok ibu di sampingku” ujarnya pelan
            Aku tertunduk diam,tak berani aku membentaknya lagi karna memang situasi tidak mendukung.
 “maaf,bukan maksudku untuk begitu,tapi pasti ibumu juga akan sedih jika tau bahwa kamu seperti ini dan...”
 “iya,aku tau.. aku sadar akan semua itu. Tapi aku sudah terlanjur seperti ini,mau di apakan lagi?”
“memangnya tidak bisa dirubah?? Ini hanya masalah sepele dan,masa kamu kalah sih? Buktiin kalo kamu bisa seperti dulu lagi,mana danu yang dulu aku kenal?”
 “ya,aku akan berubah..”
 “hanya di mulut saja”
 “ya mungkin sekarang hanya di mulut saja,tapi esok atau lain hari akan kau lihat sendiri”
            Aku hanya terdiam mendengar ocehan nya dia,sebenarnya aku sangat kasihan dan sangat ingin membantu dia keluar dari permasalahannya,tapi apa boleh buat.. aku bukan siapa-siapanya lagi,apalagi sejak dia datang hp nya langsung aku sita untuk kubuka sms-sms nya..
Belum berubah,masih seperti yang dulu,senang mengkoleksi nomor cewek walaupun hubungan mereka sebatas HTS.
Masih ku terdiam dalam sepi,tiba-tiba dia mencium pipi kiriku dan pamit pulang. Ingin rasanya aku marah,tapi karna waktu sudah malam,tak ingin ku mengganggu orang rumah yang sudah tidur,aku hanya cuek saja padanya yang tidak sopan terhadapku.
            Sejak malam itu dia sering mengirimiku sms bahwa intinya dia sangat berterimakasih kepadaku telah menjadi motivator untuknya,padahal aku tidak melakukan apapun yang berarti,aku hanya sekedar mengingatkan dan memberitahunya saja.
 “el,,aku masih sayang sama kamu.”
 “ga mungkin dan,kita udah lama putus. Dan setelah itu kamu memiliki banyak pacar kan? Pastilah semua itu udah musnah”
 “engga el,sampai detik ini semua itu masih utuh. Kamu cinta pertama ku,kamu orang yang mampu mengajarkanku arti kasih sayang dan pengertian,aku sangat butuh kamu di sisiku el..”
 “aku hanya bisa sebatas ini untuk kamu dan,”
 “dari banyak mantan-mantanku,hanya kamu yang mampu mengerti aku”
 “aku bukan milikmu lagi dan...”
 “cukup kau tetap seperti itu el,sebelum aku tak bisa melihatmu lagi secara dekat”
Tak berapa lama aku jatuh sakit, tapi tak kudengar kabar darinya. Aku kira dia sudah benar-benar mampu melupakanku,tapi ternyata dia juga sakit.
Aku kaget ketika tau saat dia sakit,”kenapa harus samaan gini sakitnya?”
Selayaknya sesame harus saling menyemangati bukan? Aku selalu member support untuk nya,dan aku selalu mengingatkan dia untuk makan dan minum obat,walaupun keadaan ku sendiri sedang parah waktu itu.
Entah kenapa..dan ada angin apa,dia sembuh dengan cepat. Dia pun mengejekku karna dia sembuh lebih dulu dariku. Aku hanya tersipu saja dengan semua itu,karna memang kondisi ku sedang tak mendukung untuk bertengkar.
“permisi..” sapa seorang lelaki dari depan pintu rumah
“iya..” adikku berlari membukakan pintu
“mba nya ada dek..??”
“ada mas,tunggu dulu ya”
 Ternyata danu yang datang dengan membawa makanan kesukaanku,karna dia tau beberapa hari ini aku sangat malas makan.
Aku berjalan menghampirinya dan duduk di atas kursi sofa ruang tamukku.
“gimana keadaanmu el.?”
“ya..seperti yang kamu lihat”
“kamu makan ya,” sambil membuka bungkus makanan yang di bawanya
“engga ah.. kamu aja ya yang makan”
“ala.. pokoknya harus makan”
“tapi dan..”
“udah,buka mulutnya”
Danu begitu perhatian kepadaku malam itu,dia menyuapiku dan mengurusiku. Serta menemaniku minum obat.
Dia membelai rambutku,tatapan matanya seolah sedih melihatku yang masih harus memakai switter ungu dan keadaan lemah itu.
“kamu cepet sembuh ya el..”
“iya.. makasih”
Danu terus memandangiku,seolah tak pernah melihat wajah ku saja.
“kamu kenapa asih dan..??”
“aku sayang kamu el.. kenapa sih,kamu gak buruan pergi dari sini?”
“kamu ngusir aku?”
“eh..ya bukan gitu maksudnya. Tapi.. aku susah banget buat ngelupain kamu”
“kamu pasti bisa kok,mungkin sekarang bukan waktunya aja”
“tapi el.. semakin aku menjauh,semakin aku sayang sama kamu”
“kamu inget kan.. kamu kaya gini hanya karna kita sering ketemu aja. dulu sebelum kita keteu,gak kaya gini kan?”
“iya sih.. apa ketika kamu pergi aku bisa ngelupain kamu ya?”
“pastii bisa”
“tapi aku gak yakin?”
“harus yakin dong”
Tak kusangka saat dia sedang mengoceh panjang lebar sambil membekai rambutku,di ciumnya keningku.dan di bisikannya “aku tetap sayang kamu”
            Dia akan melanjutkan kuliah di Surabaya dan aku akan melanjutkan kuliah ke Palembang,jauh memang jarak di antara kami.. tapi,inilah hidup,ada saatnya bertemu dan berpisah.
Bahagia saat dia bisa melupakanku dengan semua masalalu yang pernah hadir dalam hidup kami,dia sudah memiliki pasangan hidup yang lebih segalanya dariku,begitupun aku yang sudah bersama andre.. seorang lelaki idaman yang penuh kasih sayang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar