ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA DENGAN
DIARE
Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah KIP/K yang di ampu oleh dosen Erma
Mariam S,S.T
Di
susun oleh :
MARETA FITRIANA 13241030
MAYA SEPTIANA 13241047
NOVIRIANTI ASTA N. 13241054
RESY YUMANTIKA DEWI 13241062
SITI CHOIRIAH NINGSIH 13241070
AKADEMI KEBIDANAN WIRABUANA METRO
2013/2014
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Masalah
kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang
saat ini terjadi di negara Indonesia. Derajat kesehatan anak mencerminkan
derajat kesehatan bangsa, sebab anak sebagai generasi penerus bangsa memiliki
kemampuan yang dapat dikembangkan dalam meneruskan pembangunan bangsa.
Berdasarkan alasan tersebut, masalah kesehatan anak di prioritaskan dalam
perencanaan atau penataan pembangunan bangsa.
Angka kesakitan bayi menjadi indicator kedua dalam
menentukan derajat kesehatan anak, karena nilai kesehatan merupakan cerminan
dari lemahnya daya tahan tubuh bayi dan anak balita. Angka kesakitan tersebut
juga dapat dipengaruhi oleh status gizi, jaminan pelayanan kesehatan anak,
perlindungan kesehatan anak, factor sosial anak dan pendidikan ibu (Hidayat,
2008).
Angka kejadian diare nasional tahun 2006 sebesar 423
per 1.000 penduduk pada semua umur (hasil survey subdit diare, Ditjen PP dan PL
Depkes) sekitar 162.000 balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita
setiap harinya. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia,
diare merupakan penyebab kematian nomor 3 bagi bayi setelah pneumonia dan
radang paru-paru.
Jumlah penderita diare di Provinsi Jawa Timur pada
tahun 2006 sebesar 837.724, dengan penderita pada balita 346.297, balita dengan
diare yang ditangani sebesar 41,33 %, sedangkan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 0,03 %.
Penyakit
diare hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama pada bayi dan anak
di Indonesia. Diperkirakan angka kesakitan berkisar diantara 150-430 perseribu
penduduk setahunnya. Dengan upaya yang sekarang telah dilaksanakan. Angka
kematian di rumah sakit dapat ditekan menjadi kurang dari 3%.
Neonatus
dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih
dari 1 bulan dan anak, bila frekuensinya lebih dari 3 kali.
(Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM)
TINJAUAN TEORI
Konsep Diare
Definisi
Diare adalah buang air besar
(defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100- 200
ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair ( setengah
padat), dapat pula disertai frekuensi defikasi yang meningkat. Menurut WHO (
1980), diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali
sehari.
( Mansjoer, 2008)
Keadaan
dimana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami defekasi sering
dengan feces air/tidak berbentuk.
( Lynda
Juall Capenito, 2000 )
Keadaan
frekuensi buang air besar lebih dari 3x sehari konsistensi feces encer dapat
berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja.
( Ngastiah,
1997 )
Diare adalah
buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi
lebih banyak dari biasanya.
( Ruseono
Hassan, 1985 )
Pengertian Diare
Ø Diare adalah
keadaan frekuensi BAB lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada
anak. Konsistensi feces dapat bewarna hijau atau dapat pula bercampur lendir
dan darah atau lendir saja.
Ø Diare adalah
buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi
lebih banyak dari biasanya.
Ø Diare akut
adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari
pada bayi dan anak yang sebelumnya sakit
Ø Menurut
Hipocrates mendefinisikan diare sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan
cair. Dibagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI / RSCM, diare diartikan sebagai buang
air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi buang
air besar sudah lebih dari 4 kali perhari sedangkan untuk bayi berumur lebih
dari 1 bulan dan anak, bila frekuensinya lebih dari 3 kali perhari.
(Ilmu Kesehatan Anak, hal : 283)
B. Penyebab Diare / Etiologi
Etiologi
diare dapat dibagi menjadi 4 faktor, yaitu :
1. Faktor
Infeksi
a. Infeksi
Enternal : Infeksi saluran pencernaan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak.
Infeksi
Enternal ini meliputi :
« Infeksi
Bakteri : E.coli, salmonella, shigella, vibria
cholerae, aeromonas, dll.
« Infeksi
Virus : Enterovirus, adenovirus,
rotavirus, astrovirus, dll.
« Infeksi
Parasit : Cacing (ascaris),
Protozoa (trichomonas haminis), Jamur
(candida algicans).
b. Infeksi Parenteral :Infeksi dibagian tubuh lain di luar alat pencernaan seperti :
« Tonsilofaringitis (Radang Tonsil)
« Radang
Tenggorokan
Keadaan ini
terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun
2. Faktor Malarbsorbsi
a. Malarbsorbsi Karbohidrat (Disakarida,
Monosakarida)
Pada bayi kepekaan
terhadap lactoglobulis dalam susu
formula menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau sangat
asam, sakit di daerah perut.
b. Malarbsorbsi Lemak
Dalam makanan
terdapat lemak yang disebut trglyserida.
Dengan bantuan kelenjar lipase
mengubah lemak menjadi micelles yang
siap di arbsorbsi usus. Jika tidak ada lipase
dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat terjadi. Gejalanya adalah tinja
mengandung lemak.
c. Malarbsorbsi Protein
3. Faktor Makanan
Makanan
yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, basi, beracun, mentah
(sayuran) dan kurang matang.
4. Faktor Psikologis
Rasa
takut, cemas dan tegang, walaupun jarang jika terjadi pada anak dapat
menyebabkan diare kronis.
C.
Jenis Diare
1. Diare Akut
Diare akut adalah diare yang terjadi sewaktu-waktu,
tetapi gejalanya dapat menjadi berat.
Penyebabnya sebagai berikut :
« Gangguan jasad renik / bakteri yang
masuk kedalam usus halus setelah melewati berbagai rintangan asam lambung
« Jasad renik yang berkembang pesat
didalam usus halus
« Racun yang dikeluarkan oleh bakteri
« Kelebihan cairan usus akibat racun
2. Diare Kronis / Menahun / Persisten
Pada diare kronis terjadinya lebih kompleks, berupa
faktor yang menimbulkannya terutama jika sering berulang pada anak. Diare
kronis / diare yang menetap akan berakhir 14 hari atau lebih lama, karena :
« Gangguan bakteri jamur dan parasit
« Malarbsorbsi kalori dan lemak
« Gejala-gejala sisa karena cidera
usus oleh setiap enteropatogen pasca infeksi akut.
D.
Patogenesis
Mekanisme dasar menyebabkan timbulnya diare adalah :
1. Gangguan Osmotic
Akibat
terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotic dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan Sekresi
Akibat
rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan reaksi sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan Motilitas Usus
Hiperperistaltik
akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga
timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik menurun akan mengakibatkan bakteri
tumbuh berlebihan selanjutnya akan timbul diare juga.
4. Patogenesis Diare Kronis
Lebih kompleks dan faktor yang menimbulkan ialah
inflasi bakteri, parasit, malarbsorbsi, malnutrisi, dll.
E.
Patofisiologi
Sebagai akibat diare, baik akut maupun kronik akan
terjadi :
1. Kehilangan
air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan
asam basa (Asidosis Metabolic,
Hipoglikemia)
2. Gangguan
gizi sebagai akibat kelaparan (masukkan kurang, pengeluaran bertambah)
3. Hipoglikemia
4. Gangguan sirkulasi darah
F.
Gejala / Gambaran Klinis
1. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah, suhu badan
meningkat
2. Tinja bayi encer, berlendir atau berdarah
3. Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan
empedu
4. Anus lecet
5. Gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang
kurang
6. Muntah sebelum dan sesudah diare
7. Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah)
8. Dehidrasi (kekurangan cairan)
G.
Komplikasi
1. Dehidrasi
(Ringan, Sedang, Berat)
2. Renjatan
hipovolemik
3. Hipokalemia
(dengan gejala meterosinus, hipotoni otot, lemak gradiksida, perubahan
elektrokardiogram)
4. Hipoglikemia
5. Intoleransi
sekunder akibat kerusakan villi mukosa usus defisiensi enzim laktosa
6. Kejang
H. Klasifikasi Diare
Klasifikasi Diare
|
Gejala
|
Klasifikasi
|
Tindakan / Pengobatan
|
1. Dehidrasi
|
■ Terdapat
dua / lebih tanda-tanda berikut :
♥ Latergis
/ tidak sadar
♥ Mata
cowong / cekung
♥ Tidak
bisa minum / malas minum
♥ Cubitan
kulit perut kembali sangat lambat
|
a. Diare
Dehidrasi Berat
|
■ Jika
tidak ada klasifikasi berat lain
♥ Berikan
cairan untuk dehidrasi berat (rencana terapi c) dan tablet zink
■ Jika
anak juga mempunyai klasifikasi berat lain :
♥ Rujuk
segera
♥ Jika
masih bisa minum, berikan ASI dan larutan oralit selama perjalanan
■ Jika
ada kolera didaerah tersebut, berikan antibiotik untuk kolera
|
■ Terdapat
dua / lebih tanda-tanda berikut :
♥ Gelisah,
rewel / marah
♥ Mata
cowong / cekung
♥ Haus,
minum dengan lahap
♥ Cubitan
kulit perut kembali sangat lambat
|
b. Diare
Dehidrasi Ringan / Sedang
|
■ Berikan
cairan dan makanan sesuai rencana terapi b dan tablet zink (10 hari
berturut-turut)
■ Jika
anak juga mempunyai klasifikasi berat lain :
♥ Rujuk
segera
♥ Jika
masih bisa minum, berikan ASI dan larutan oralit selama perjalanan
■ Nasehati
kapan kembali segera
■ Kunjungan
ulang 3 hari jika tidak ada perbaikan
|
|
■ Tidak
cukup tanda-tanda untuk di klasifikasikan sebagai diare dehidrasi berat atau
ringan / sedang
|
c. Diare
Tanpa Dehidrasi
|
■ Beri
cairan dan makanan sesuai rencana terapi a dan tablet zink (10 hari
berturut-turut)
■ Nasehati
kapan kembali segera
■ Kunjungan
ulang 3 hari jika tidak ada perbaikan
|
|
2. Jika
Diare 14 hari / Lebih
|
■ Ada
Dehidrasi
|
a. Diare
Persisten Berat
|
■ Atasi
dehidrasi sebelum dirujuk, kecuali ada klasifikasi berat lain
■ Rujuk
|
■ Tanpa
Dehidrasi
|
b. Diare
Persisten
|
■ Nasehati
pemberian untuk diare persisten
■ Beri
tablet zink (10 hari berturut-turut)
■ Kunjungan
ulang 5 hari
|
|
3. Darah
Dalam Tinja
|
■ Ada
darah dalam tinja
|
a. Disentri
|
■ Beri
antibiotic yang sesuai
■ Beri
tablet zink (10 hari berturut-turut)
■ Nasehati
kapan kembali segera
■ Kunjungan
ulang 2 hari
|
I.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Tinja : Mikroskopis
dan makroskopis. pH dan kadar gula jika diduga ada intoleransi gula (sugar intolerance).
Biarkan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji resistensinya terhadap
berbagai antibiotika (pada diare persisten).
2. Pemeriksaan Darah : Darah
perifer lengkap, analisis gas darah dan elektrolit (terutama Na, K, Ca dan P
serum pada diare yang disertai kejang)
3. Pemeriksaan kadar ureum dan klanin
darah untuk mengetahui faal ginjal
4. Cuodenal incubation, untuk mengetahui
kuman penyebab secara kuantitatif terutama pada diare kronik
J.
Penanganan
Dasar
pengobatan diare adalah :
1. Pemberian Cairan
a. Cairan peroral
« Pada pasien
dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan peroral berupa cairan yang
berisikan NaCl dan NaHCO3, KCl dan Glukosa
« Untuk diare
akut dan kolera pada anak diatas usia 6 bulan kadar Natrium 90 mg/l
« Sedangkan
anak dibawah 6 bulan dengan dehidrasi ringan / sedang kadar Natrium 50-90 mg/l
« Formula lain
yang disebut oralit
Cara
sederhana ini dapat dibuat sendiri (formula tidak lengkap) hanya mengandung garam
dan gula (NaCl dan sukrosa) atau air tajin yang diberi garam dan gula
b. Cairan Perenteral / Infuse
Pada umumnya
menggunakan cairan RL (Ringer Laktat)
Cara memberikan
cairan :
« Belum ada
dehidrasi
Ø Peroral
sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas tiap defekasi
« Dehidrasi
Ringan
Ø 1 jam
pertama : 25 – 50 ml / kg BB / peroral (nitragastric)
Ø Selanjutnya : 125
ml / kg BB / hari ad libitum
« Dehidrasi
Sedang
Ø 1 jam
pertama : 50 – 100 ml / kg BB / peroral / intragastric (sonde)
Ø 7 jam
berikutnya : 10 – 12 ml / kg BB / jam dengan 3 – 5 tetes / menit
Ø 16 jam
berikutnya : 125 ml / kg BB / Oralit peroral / intragastric
2. Pengobatan Dietelik
Untuk anak dibawah 1 tahun
dan diatas 1 tahun dengan BB kurang dari 7 kg jenis makanannya adalah :
a. Susu (ASI
dan susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh,
misalnya LLM, almiron atau sejenisnya)
b. Makanan setengah
padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim)
c. Susu khusus
yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan
3. Obat – Obatan
a. Obat anti
sekresi
« Asetosal
dengan dosis 25 mg/l dengan dosis minimum 30 mg
« Klorpapmazin
dengan dosis 0,5 / kg BB / hari
b. Obat
spasmolitik
« Papaverihn
« Ekstra
bveladona
« Opium
loperamid
c. Obat
pengeras tinja
« Kaolin
« Dektini
« Chorcool
« Tahurol
d. Antibiotika
Pada umumnya antibiotik tidak diperlukan untuk
mengatasi diare akut kecuali bila penyebabnya jelas, seperti :
« Kolera : Terosiktin
25 – 50 mg / kg BB / hari
« Compylohectar : Eritromycin
40 – 50 mg / kg BB / hari
BAB III
STUDY KASUS SERTA PENYULUHAN DALAM
PELAKSANAANNYA
Di desa Merandu
Kecamatan Trimurjo,dengan bidan Dewi yang dikenal sebagai tenaga kesehatan yang
di anggap terdekat dan dekat dengan masyarakat sekitar. bidan Dewi terkenal
ramah,baik dan anggun terhadap pasien-pasienya,baik dari
bayi,balita,anak-anak,ibu hamil sampai nifas semua merupakan kompetensi yang
harus di tanganinya.
ibu Tia datang
dengan putra nya yang digendong ke BPS bidan Dewi pada tanggal 30 Juni 2014
pukul 10.00 WIB. Dengan biodata sebagai berikut:
a.
Biodata
1)
Anak
Nama anak : An. “A”
Umur : 18 bulan
Jenis
kelamin : Laki-laki
Anak ke : 3
2)
Orang Tua
Nama ibu Nama ibu: Ny. “A”
Umur Umur : 43 th
Suku Suku : Jawa
Agama Agama : Islam
Pendidikan Pendidikan: SD
Pekerjaan Pekerjaan : IRT
Penghasilan Pendapatan: -
Alamat Alamat :
Gang 07
|
Nama Ayah : Tn “K”
Umur Nama Ayah
: 45 th
Suku Suku
: Jawa
Agama Agama
: Islam
Pendidikan Pendidikan : SD
Pekerjaan Pekerjaan : Buruh
Penghasilan Pendapatan : ± Rp 450.000
Alamat Alamat
: Gang 07
|
|
|
Bidan :”Selamat pagi bu.. (menjabat tangan
klien),silahkan duduk. bagaimana bu,ada yang bisa saya bantu..?”
Ny.
A :”ini bu bidan,anak saya sakit, mencret-mencret
terus kurang lebih 4 kali dalam sehari dari
kemarin,encer dan ada sedikit ampasnya bu”
Bidan :”baik ibu,sekarang anaknya saya periksa dulu
ya,tolong anaknya di ajak berbaring di bed bu..”
Ny.A :”iya bu bidan,saya khawatir kalau keadaan
anak saya seperti ini,was-was rasanya bu,rewel terus,nangis,susah tidur,ini itu
salah,keliatan lemes dia bu,sedih saya liatnya.”
Bidan :”iya bu,ini menurut hasil pemeriksaan,putra
ibu terkena diare”
Ny.A :”terus bagaimana ya bu bidan?”
Bidan :”jadi Diare adalah buang air besar lembek
atau cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya,
biasanya 2 kali sampai 4 kali atau bahkan bisa lebih dalam sehari”
Ny.A :”Lalu ini di apain ya bu? biar cepet sembuh
anak saya”
Bidan :”ibu kasih anak ibu oralit ya,atau larutan
gula garam”
Ny.A :”dimana itu bu beli nya?”
Bidan :”Itu bisa buat sendiri bu,caranya ibu
sediakan air putih hangat 1 gelas,2 sendok teh gula pasir,dan 1 gsendok teh garam,nanti
larutkan ya bu gula dan garam tadi dalam air hangat tadi,kemudian diminumkan
sehari tiga kali ya bu”
Ny.A :”Oh.. itu obatnya?”
Bidan :”iya bu,jangan lupa,anaknya dikasih makanan
yang bergizi,hindari makanan yang berserat dulu ya bu,seperti sayur-sayuran itu
di hindari dulu,karna akan membuat anak ibu justru sering BAB,istirahat yang
cukup ya bu anaknya,biar keadaanya pulih dulu. anak yang mengalami
diare,biasanya mengalami dehidrasi bu,jadi tolong di kasih banyak minum ya bu,kalau
bisa dikasih ASI terus biar tidak lemes anaknya,tidak kekurangan cairan.
dehidrasi itu tanda-tandanya,bibir anak akan terlihat jering dan
pecah-pecah,terlihat lemas dan pucat”
Ny.A :”Oh.. Iya bu bidan,”
Bidan :”oh iya bu,kalau anaknya demam atau panas,di
kompres ya bu pakai air hangat,”
Ny.A :”Sebenernya itu penyebabnya apa ya bu?”
Bidan :”banyak faktor bu,bisa dari dot yang
digunakan,susu yang diminum dan makanan yang dikonsumsi bu”
Ny.A :”Kok bisa bu?”
Bidan :”jadi kebersihan dot itu sangat berpengaruh
bu terhadap kesehatan anak,cara pembersihan dot itu sebaiknya di rebus dalam
air mendidih selama 20 menit untuk membunuh kuman-kuman yang ada dalam dot itu.
jadi ibu alangkah baiknya kalau punya botol dot nya 2,jadi saat yang satu masih
di bersihkan,masih ada yang bisa di gunakan.”
Ny.A :”oh gitu.. selama ini saya dot nya Cuma satu
bu,itupun Cuma saya kocok-kocok saja pakai air hangat kalau membersihkan.”
Bidan :”nah..sekarang kan ibu sudah tau bagaimana
yang baiknya,tolong di ganti ya bu kebiasaanya. susu juga berpengaruh bu
terhadap sistem pencernaan anak ibu,apabila susu terlalu kental itu dapat
berpengaruh,sebaiknya ibu lebih sering memberikan ASI untuk anak ibu di banding
susu formula,bisa jadi sistem perncernaanya belum siap bu”
Ny.A :”apa lagi ya bu...??”
Bidan :”jaga kebersihan anaknya ya bu,setiap habis
BAK atau BAB,dibersihkan dengan air bersih dan di ganti celana nya,jangan di
beri bedak saja bu,karna akan menimbulkan iritasi pada daerah genetalia anak
ibu,untuk saat ini belum saya beri obat bu,tapi apabila dalam beberapa hari
kedepan belum ada perubahan,ibu datang kesini lagi ya,nanti saya kasih obatnya”
Ny.A :”iya bu.. kira-kira kapan saya memeriksakan
anak saya lagi bu?”
Bidan :”tiga hari lagi juga ibu boleh kesini jika
diare belum terhenti.”
Ny.A :”iya bu,terimakasih ya bu atas infromasi nya”
Bidan :”iya bu sama-sama,semoga anak ibu lekas
sembuh ya bu”
DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim,
Christina, S. Dra. 1996. Perawatan
Kebidanan Jilid 2. Jakarta : Bratara
Nelson.
2002. Ilmu Kesehatan Anak Jilid 2.
Jakarta : EGC
Saminem, Hj.
2008. Kehamilan Normal. Jakarta : EGC
Staf
Pengajar IKA FKUI 1998. Ilmu Kesehatan
Anak Jilid 1. Jakarta : FKUI
Widjaja,
M.C. 2002. Mengatasi Diare dan Keracunan
Pada Balita. Jakarta : Kawan Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar