“mak.. emak ini emang
ga pernah tau gimana rasanya jadi imah,karna emang emak ga pernah punya mimpi
seperti yang imah mimpiin..” bentak imah pada ibunya yang sedang sibuk meniup bara
dalam tungku dengan bambu tua untuk memasak air
“sabar
lah mah.. emak dan bapakmu juga sedang berusaha untuk membelikan baju yang kamu
mau itu..” jawab ibunya dengan lembut
keluarga
kecil yang terdiri dari seorang ayah,ibu dan satu anak perempuan,tinggal di
daerah terpencil yang berada di pinggiran hutan. tak mau terbilang udik,sang
anak selalu menuntut orang tua nya untuk menuruti setiap kemauanya.
imah selalu menyamakan dirinya dengan gadis-gadis
yang dia tonton dalam tv setiap dia menyaksikan FTV di balai desa,karna hanya
ada satu tv di desa mereka. tak boleh tertinggal satu haripun bagi imah untuk
menonton sinetron. bagaimana tidak,imah tidak memiliki pekerjaan apapun di
rumahnya sehingga waktunya selalu dia habiskan untuk kelayaban.
dengan umur 20 tahun,gadis lulusan SMP ini hanya
terus mengandalkan orang tuanya. untuk mencoba mencari pekerjaan pun tak pernah
terlintas di pikiranya.
“ogah
susah!!” itu lah ucapanya yang selalu dia ucapkan
***
“hai
mah.. kamu sudah punya baju seperti di sinetron yang kita tonton kemarin malem
itu belum??” tanya ola salah satu teman imah di desa itu
“belum
la,emak ku belum punya duit. kamu udah kepassar?”
“udah
dong,aku beli di anterin pacar ku mah,maklum kan desa kita jauh dari pasar”
“wah..pasti
seneng ya kamu.”
“siapa
sih yang ga seneng mah,bajunya bagus. aku pake nanti pas hajatanya si nuri”
“aku
ga tau bakal dateng atau engga la”
“kok
gitu mah..??”
“aku
ga punya baju yang bagus la”
“kan
bisa pake baju yang lain mah..”
“liat
nanti aja la,”
imah tidak mau terlihat kuper atau biasa saja di
depan teman-temanya yang lain,apalagi di depan cowok-cowok di desa itu.
sebenarnya dia cantik,dan menarik,namun sifat dia yang membuat setiap lelaki
malas untuk mendekatinya. malas,judes,angkuh dan egois,itulah sifat-sifat imah
yang tidak pernah berubah.
“buka
pake apa hari ini mak..??” tanya imah pada wanita separuh baya yang tengah
menjemur nasi aking di belakang rumahnya
“buka
pakai makanan seadanya aja ya nak..” jawab ibunya pelan
“trus
kapan sih mak kita makan enak?”
“nanti
kalo sudah ada rejeki pasti bisa makan enak imah..”sahut bapaknya
“bapak
sama emak ini terlalu udik atau gimana sih? ga liat apa,tetangga-tetangga kita?
bisa makan pake lauk ayam,sedangakan kita setiap hari Cuma nasi sambel
aja,bosen tau. makanan ga ada gizinya,ga bermutu pula. cuiih...”
begitulah
ucapan yang sering dilontarkan oleh imah pada kedua orang tuanya yang sudah
bersusah payah untuk menafkahinya selama ini. tak pernah besar memang
penghasilan mereka,cukup untuk membeli beras dan membayar hutang saja sudah
sangat di syukuri oleh mereka.
tak pernah mengeluh untuk menghadapi sikap anak
semata wayangnya itu,mereka tetap sabar dan berlapang dada menerima setiap
perlakuan imah. Pernah dulu sesekali ibunya menawarkan pada imah agar bekerja
untuk mencari penghasilan,namun imah tak pernah mau untuk menanggapi permintaan
ibunya itu. dia memilih untuk diam di rumah dan menonton tv bersama
teman-temanya di balai desa.
“mak,lusa
si nuri hajatan,aku di undang suruh dateng. aku ga akan dateng kalo ga pake
baju yang bagus. jadi aku ga mau tau,pokoknya besok aku harus ke pasar untuk
beli baju bagus.” sentak imah pagi-pagi menegek ibunya untuk membeli baju baru
“kenapa
tidak pake baju yan lain sih mah? emak kan belum punya duit”
“ala..
imah ga mau tau. entah gimana caranya,imah ga mau keliatan jelek di depan
mereka semua”
“uang
emak kemarin udah emak pakai untuk bayar utang ke mpok sinah,jadi sekarang emak
ga punya uang lagi”
“bapak?
kan bapak juga kerja”
“hasil
dari bapakmu juga udah di pakai untuk beli asbes untuk memperbaiki atap kita
yang selalu bocor kalo ujan”
“emak
sama bapak ini selalu ada aja alesan. bilang aja kalo bapak sama emak ini udah
ga sayang lagi sama imah.sekalian aja mak,pak,buang imah.. taro imah di panti
asuhan,biar emak sama bapak ga repot-repot ngurusin imah”
“jangan
ngomong gitu imah.. bukanya emak sama bapak itu ga mau ngurusin kamu nak,tapi
emang emak sama bapak orang ga mampu,buat makan aja kita susah”
“pokoknya
imah ga mau tau mak,pak,mau utang ato gimanalah,yang penting besok imah mau
kepasar beli baju bagus”
“tapi
mah..”belum selesai ibunya berbicara,imah sudah menyahut terlebih dahulu
“kalo
emak sama bapak ga ngasih uang untuk imah,imah bakal pergi dari rumah. titik!!!”
hari itu juga
ibu dan bapak imah harus membanting tulang untuk memenuhi keinginan anaknya,di
bulan puasa dengan terik matahari yang membakar kulit mereka,keringat sudah
bagaikan air yang memandikan mereka,ribuan jejak mereka ukir di sepanjang jalan
walau kadang harus tersandung dan tertusuk duri di semak-semak karna tak
memakai alas kaki,semua hal itu tak mereka pedulikan,demi membuat anaknya
bahagia.
bapaknya yang hanya bekerja sebagai tukang jual kayu
bakar,hari itu harus mampu untuk menghasilkan uang lima kali lipat dari yang
biasa dia dapatkan. dengan sisa tenaga yang dia punya,untuk menjual hasil
berburunya ke pasar demi lembar uang.
ibunya juga tampak begitu semangat untuk
mengumpulkan barang-barang bekas di setiap sudut rumah,maklum..pekerjaan nya
hanyalah seorang pengepul barang bekas,atau bahasa kasarnya dengan pemulung.
hasil yang tak seberapa itu harus dia relakan hanya demi sebuah baju bagus agar
anaknya tidak malu untuk hadir di acara pernikahan temanya.
matahari sudah hampir tenggelam di ufuk barat
menandakan malam hampi datang,burung-burung nampak berterbangan menuju
sangkarnya dan sepasang orang yang sudah tidak muda lagi ini masih bergulat
dengan nasib untuk mencari uang. adzan magrib pun terdengar oleh mereka yang
berada di pinggiran hutan.
“alhamdullilah..”ucap
bapak imah
“iya
ya pak,hari ini puasanya lancar,walaupun tenaga kita terkuras habis”
“kita
buka pake apa ya buk..??”
“tadi
aku dapet singkong pak waktu bantuin pak saleh nyabut singkong,nanti pulang
kita rebus ya pak..”
“kita
batalin dulu puasanya buk,”
“di
deket sini ada sumber air pak,airnya jernih kok,kita kesana aja”
ya,hari itu mereka membatalkan puasa dengan minum
air telaga yang tak jauh dari situ. malang memang jika di perhatikan,dalam
keadaan seperti itupun mereka masih saja sempat memikirkan keadaan imah,anaknya
di rumah.
padahal imah sudah pergi dengan teman lelakinya dan
makan di warung perempatan tugu desa mereka.
“buk..kok
nangis?”
“engga
pak.. ibu hanya bahagia,kita masih bertahan sejauh ini.”
“maafin
bapak ya bu,karna bapak,ibu jadi ikutan bapak minum air telaga di campur air
mata” ujar bapak dengan mengusap air mata yang melinangi pipi ibu yang kusam
karna keringat
“pak,ibu
bahagia kok. lihat.. kita hari ini dapet uang banyak,mudah-mudahan cukup untuk
membeli baju bagus yang imah mau ya pak”
“amin
bu..”
sesampainya di rumah,imah kegirangan menerima uang
yang di berikan oleh kedua orang tuanya. secangkir kopi atau segelas air putih
pun kiranya ada di atas meja,namun itu tidak sama sekali. perut yang lapar dan
badan separuh baya yang serasa remuk itu
tak dipedulikan lagi oleh imah,dia hanya memikirkan dirinya sendiri.
terpaksa malam itu bapak dan ibu iah merebus
singkong yang mereka peroleh untuk makan malam mereka. walau dengan keadaan
demikian,mereka tetap bersyukur dengan pergi tarawih ke mushola dekat rumah
mereka.
***
setelah
menghadiri acara pernikahan si nuri,teman
imah,imah ternyata tidak berhenti memintai orang tuanya uang untuk
kepentingannya.baju mewah yang sudah terbeli itu akhirnya hanya di gantung di
lemari saja,padahal untuk membelinya,orang tua imah harus mati-matian untuk
mendapatkannya.
“emak
sama bapak pernah ga sih mikir,imah ini juga pengen kaya yang lain.
berpendidikan,bisa kesana-kesini,bisa gonta-ganti baju bagus,makan makanan
enak,kenapa sih dulu imah ga lahir jadi orang kaya? kenapa imah terlahir di
keluarga yang seperti ini?
apalagi nanti mau lebaran,mau di taro di mana muka
imah mak,pak. rumah aja reot udah mau roboh kalo ujan,geribik,banyak barang
bekas. boro-boro mau beli baju lebaran,kue di meja tamu aja belum tentu
ada,siapa sih yang ga sedih? apalagi Kalo mau ngenalin emak sama bapak,dekil
kaya gitu. rasanya pengen kabur aja imah,pengen pergi ke kota, biar dapet orang
tua angkat di sana,hidup nya mewah,enak,ga perlu susah kaya di sini.”
kata-kata imah membuat kedua orang tuanya menangis
saat itu juga di dalam hati mereka,mereka sebenarnya sudah hampir tidak kuat
untuk menghadapi kelakuan imah yang kurang ajar.
imah berkata demikian karna temanya,ola,di lamar
oleh lelaki kota yang sudah mapan dan terbilang bakal enak hidupnya. sedangkan
imah selama ini hanya memiliki banyak teman lelaki,namun pacar tidak punya.
bukanya menyalahkan diri sendiri,imah justru
menyalahkan takdir dan orang tuanya. yang hanya akan menambah dosa-dosanya di
bulan yang suci ini.
setelah malam itu,orang tua imah berjanji untuk
bekerja lebih giat lagi demi kebahagiaan anak semata wayangnya yang tak tau
diri itu.
hari itu imah pergi dari rumah sejak pagi,pamitnya
untuk pergi kerumah ola yang baru,untuk mengadakan syukuran.
ibu dan bapak imah kerja mati-matian hari itu untuk
mewujudkan keinginan anaknya memiiliki hari indah pada saat idul fitri nanti.
satu minggu setelah kepergian imah,akhirnya dia
menampakkan kembali wajahnya di desa terpencil untuk menuju rumahnya yang dia
katakan tak layak pakai.
dari kejauhan terlihat keramaian di daerah
rumahnya,namun dia seperti tak menemui rumah yang sedang di carinya. bukan lagi
rumah reot yang dia temui,namun rumah bagus yang tidak terlalu besar,namun bisa
dikatakan itu rumah yang paling bagus di komplek nya.
“pak..
ini rame-rame ada apa ya?” tanya imah pada salah satu warga yang tampak hadir
dikeramaian lokasi rumahnya itu
“kamu
kemana aja selama ini?”
“saya
abis dari kota pak,emang ada apa..??”
“baca
saja surat ini” lelaki itu tampak memberikan kertas putih yang dilipat dan
berisi tulisan
imah segera menerimanya dan membacanya karna
penasaran dengan isi surat yang misterius di hari itu.
“anakku sayang..hikmah wahyuni
maafin emak sama bapak ya,selama ini belum bisa
bahagiain kamu. belum bisa jadiin kamu sarjana,punya rumah bagus,baju
mewah,makan enak,orang tua yang ga dekil,dan hidup enak. emak sama bapak hanyalah orang susah
yang ga berpendidikan nak,Cuma bisa ngasih kamu makan seadanya.
emak sama bapak hari ini dapet rejeki nak,ada orang
baik yang mau ngassih sumbangan ke kita,bangunin rumah kita,dia adalah orang
yang dulu anaknya pernah emak dan bapak tolong waktu tersesat di hutan,kamu ga
perlu malu lagi punya gubuk reot.temen-temen kamu bisa main kerumah kapan aja.
emak sama bapak juga kerja mati-matian nak buat
beliin kamu baju lebaran,semoga kamu suka ya nak sama baju itu. jangan di
buang. ada sedikit uang juga untuk kamu beli kue nak,maaf kalau sholat ID tahun
ini emak dan bapak tidak bisa ikut. sebenarnya bukan kamu saja nak yang punya mimpi,namun emak dan bapak juga,emak dan bapak ingin naik haji. namun sudahlah lupakan saja,itu cukup menjadi mimpi dan doa untuk kamu nantinya. jadi anak yang baik ya nak,berubahlah,jadi
wanita yang sholehah dan anggun. ambil hikmah dari setiap hal yang kamu alami ya nak,emak dan bapak sayang kamu nak..”
“sekarang
kamu ga perlu malu lagi punya orang tua yang dekil dan bau,mereka sudah
pergi,untuk selamanya..”
“apa
maksud bapak?”
“masuk
lah kedalam,sebelum jenazah orang tua mu di kebumikan”
mendengar hal itu,imah segera berlari menerobos
keramaian yang di rumahnya untuk mengetahui ada apa di dalam rumahnya.
di lihatnya dua sosok manusia dengan di bungkus kain
putih dan wangi tengah di bacakan ayat-ayat suci untuk mengiringi
kepergianya.tiba-tiba imah merasa kaki nya lemas dan bersujud di depan kedua
sosok yang ternyata itu adalah orang tuanya,yang selalu dia caci maki dan hina.
baru kali ini imah menangis untuk kedua orang yang telah menafkahi nya selama
ini.
seorang ibu-ibu mendekati imah dan memberikan
bingkisan untukknya,dan isinya adalah seperangkat alat sholat untuk imah.
dengan segenap uang seperti yang dijanjikan dalam surat yang telah dia baca.
“orang
tua kamu memang buta huruf mah,dia meminta pak saleh yang menuliskan surat
untukkmu setelah tarawih semalam,yang ternyata adalah tarawih terakhir mereka”
“kenapa
emak sama bapak perginya cepet banget sih bude..padahal kan imah masih punya
banyak dosa sama mereka,imah ini anak durhaka”
“kamu
sudah terlambat imah,emak dan bapakmu sudah pergi.”
imah hanya bisa meratapi kepergian orang
tuanya,belum sempat dia membalas segala jasa orang tua nya selama ini. gundukan
tanah merah yang masih basah itu di hujani dengan air matanya yang tak akan
mampu menghidupkan kembali kedua malaikatnya.
“mak,pak..
makasih ya,ini kado terindah untuk imah. imah bakal pake ini untuk sholat ID
nanti,bahkan untuk minta maaf sama emak dan bapak pun imah belum sempat.. “
tahun ini imah akan merayakan idul fitri sendiri
dengan mengenakan mukenah baru yang di belikan orang tua nya,bukan baju baru
memang,namun dari situlah awal di mulainya imah mengenakan busana yang indah
untuk merayakan hari suci.
jangan pernah menyia-nyiakan orang yang telah
berkorban untuk kita,terlebih orang tua. seburuk apapun mereka,selemah apapun
mereka,tanpa merek kita bukan apa-apa,hargai dan hormati mereka. sebelum
terjerat sengsara dunia dan akhirat.
setitik keringat dan air matanya,belum tentu mampu
kita bayar dengan tahunan gaji yang akan kita dapatkan nantinya. sebenci dan
sejahat apapun kita terhadapnya,mereka tidak akan pernah membenci kita,dengan
alasan apapun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar