KEPERGIAN TERINDAH
“bangun..udah
pagi,tidur terus kerjaanya,adik-adikmumu saja sudah bangun sejak tadi”teriak
mami yang pagi-pagi sudah menggedor pintu kamarku,
“iya
ma.. maaf,semalam ana begadang ngerjain tugas,jadi kesiangan.”jawab ana meminta
maaf sembari membuka pintu kamarnya dengan mengusap-usap matanya yang masih
lengket itu
“ala..alasan
saja. sudah,buruan nyuci,nyapu dan ngepel,masih banyak juga baju numpuk belum
disetrika..”
“lho..bi
inah kemana ma??”
“kok
kamu jadi manja gitu sih ana,itu semua ya tugas kamu..jangan mau enak sendiri
ya” bentak seorang ibu terhadap anaknya yang baru bangun itu
“iya
ma,maaf..ana akan segera melakukan semua itu”
“bagus,ga
usah lelet ya”ujarnya sembari berjalan pergi
ana adalah anak
pertama dari tiga bersaudara yang tinggal dirumah itu,papa dan mamanya memang
tidak pernah menyukainya,bahkan difat itu
menurun pada adik-adik ana,ani dan eni yang masih duduk di bangku SMA
dan SMP.
terlahir
dengan keadaan tidak normal pasti bukan menjadi keinginan setiap orang,hal
inilah yang dirasakan oleh ana,gadis berusia 20 tahun yang tengah duduk
dibangku kuliah dengan jurusan biologinya.
menjalani
kehidupan layaknya pembantu di rumah sendiri sudah menjadi hal yang lumrah bagi
ana. sudah menjadi hal yang biasa bagi ana dihina dan dicaci di keluarganya
sendiri. mendapatkan kasih sayang dari orang tua nya pun tidak pernah,bi inah
justru yang menjadi pengganti orang tua ana baginya,karna hanya bi inah yang
menyayangi ana sepenuh hati.
ana terlahir
dengan satu kaki,dan hal itu membuat malu kedua orang tuanya. papa dan mamanya
yang setiap kali mengadakan pertemuan dan acara selalu menyembunyika ana dan
melarang ana keluar kamar.
“ma..nanti
ana pake gaun yang mana ya di acara mama dan papa?”
“gaun?
siapa yang mengijinkan kamu keluar
kamar? kamu tetap di kamar saja,tidak boleh keluar-keluar. malu-maluin
saja”
“iya,gadis
cacat dan buruk rupa kaya kakak itu pasti bakal malu-maluin di acara mama dan
papa nantinya,mending ga usah keluar-keluar deh” timpa ani yang semakin
mengiris hati ana
“tapi
kakak mau ngebantuin bi inah nanti di acara mama dan papa,pasti banyak tamu
kan,kasian bi inah sendirian”
“kak...kalau
cacat ya cacat aja,ga usas sok normal,justru karna banyak tamu undangan
itu,mama dan papa akan semakin malu kalau punya anak macam kakak,berdiri aja
musti pake tongkat,apalagi mau bantuin bi inah”
“sudah
ani,kita harus segera bersiap untuk menyambut tamu-tamu undangan yang
datang,panggil adikmu eni.” ujar mama ana seraya meninggalkan ruang tengah yang
tak pernah diikuti ana sewaktu keluaarga nya berkumpul.
rumah ana
saat itu ramai sekali,terlihat tamu undangan berdatangan ke rumahnya dengan
pakaian yang mewah dan bagus-bagus,maklumlah jika orang kaya sedang punya
acara. ana hanya mampu melihat semua itu dari kaca jendela kamarnya yang bening
hingga tampak setiap orang yang turun dari mobilnya dan memasuki rumah ana.
selama ini
ana hanya dikucilkan,tak pernah di anggap sebagai anak sendiri,bahkan bi inah
pernah bercerita pada ana bahwa sewaktu masih bayi,orang tua ana berniat
membuang ana.
“non..dulu
waktu non ana masih bayi,tuan dan nyonya sempat ingin membuang non ana,namun
hal itu kepergok oleh nenek non ana yang saat itu massih hidup,jadi tua dan
nyonya tidak jadi membuang non ana.”
“mungkin
mereka malu bi,punya anak kaya aku..wajar kalau mereka lebih sayang pada ani
dan eni,mereka cantik-cantik,normal dan tidak cacat seperti aku bi.aku hanya
bikin malu orang tua saja bi,” ana mulai meneteskan air matanya dipelukan bi
inah
“non..jangan
bilang begitu,non itu cantik kok,hanya saja mereka memandang non ana sebelah
mata. non yang sabar ya non..”ujar bi inah sembari mengelus-elus kepala ana
***
“ana..
bersihin ruang tamu ya,tamu-tamu udah pada pulang tuh,di pel nanti jangan lupa”
teriak mama ana menyuruh ana
“iya
ma,” jawab ana seraya keluar kamar dan berjalan dengan disangga tongkat yang
tak pernah lepas dari tanganya
“makanan-makanan
ini disimpan dikulkas,untuk kamu dan bi inah sudah di siapkan sendiri”
“makasih
ya ma..” ucap ana senang
setelah
melihat makanan yang disediakan mamanya untuknya,ana hanya terdiam dan mengelus
dada,karna dia duga makanan yang akan diberikan padanya adalah makanan yang
enak-enak seperti yang di suguhkan untuk tamu-tamu tadi,rupanya
kebalikanya,makanan yang mungkin tak begitu layak untuk ana sebagai anak dari
Tuan Irfan dan Nyonya irma terserbut.
“bi..
nanti ana buatin mie instan aja ya,”
“non
ana,tidak perlu repot-repot untuk membuatkan saya mie,kan kita sudah biasa
untuk makan makanan yang seperti itu,”
“tapi
kan bi..mau sampai kapan begini terus? kenapa kita makan makanan ini sedangkan
mereka makan makanan yang jauh lebih mewah dari ini,ini kan ga adil bi..”
“nanti
ada saatnya ya non,tunggu saja,non yang sabar..”
***
sejak TK,ana
tidak pernah didampingi oleh kedua orang tuanya mengambil rapor dan apapun
urusan sekolah ana. selalu bi inah yang mendampingi ana,orang tua ana hanya mau
untuk mendampingi ani dan eni saja. hal itu sudah biasa untuk ana.
uang bayaran
untuk ana saja,ana harus meminta secara mati-matian kepada orang tua
nya,padahal hal itu sudah sewajarnya dan menjadi hak seorang anak. namun ini
justru miris,karna orang tua ana seperti tak mau untuk mengurusi ana.
“bi..hari
ini aku lomba main biola,doain aku ya bi.. semoga menang,siapa tau mama dan
papa bisa berubah sikapnya padaku dengan prestasiku”pamit ana pada bi inah
“iya
non..non pasti bisa,semangat ya non.. bi inah selalu mendoakan yang terbaik
untuk non ana”
“makasih
ya bi..aku sayang bi inah”
“bibi
dah anggep non ana sebagai anak bi inah sendiri non” bi inah mencium kening ana
yang sudah bersiap untuk berangkat lomba
untuk pamit
kepada orang tuanya saja ana tidak sempat lagi karna mamnya mendampingi ani
yang hari ini juga tengah lomba balet dan eni di dampingi papanya untuk lomba
menyanyi di sekolahnya. mereka sudah tampak sibuk sendiri-sendiri.
dengan penuh
keyakinan dan keteguhan hati,ana yang berjalan dengan dibantu tongkat tuanya
itu mulai melangkahkan kaki dan tongkatnya di atas panggung yang di hadiri oleh
ratusan orang. tongkat yang biasanya sering disembunyikan oleh adik-adiknya dan
sering di buang itu tak pernah bosan menemani ana kemanapun ana beranjak. melihat
ana yang cacat dan buruk rupa,tampaknya penonton tak bersemangat dan tidak
yakin akan keahlian ana. ana terlihat begitu gemetar dan hampir putus asa,tidak
ada dukungan untuknya kecuali dari guru les nya yang melambai-lambaikan tangan
di sudut pintu masuk untuk memberi semangat pada ana.
ana tersenyum
dan mulai memainkan biolanya,suara penonton yang awalnya ricuh dan berisik itu
bisa terdiam seketika mendengar alunan biola yang di bawakan oleh ana,seolah
ana mampu untuk menghipnotis semua telinga yang hadir di sana.bulir-bulir air
mulai mengalir dari muara mata ana,seberat penderitaan yang dia alami,dengan
penuh hati dia membawakan alunan nya,dia membayangkan ketika mama dan papanya
hadir di ruangan itu dan duduk dibangku paling depan untuk memberinya semangat.
alunan ana
pun terhenti,suasana sunyi melanda ruangan besar itu,berpasang-pasang mata
tertuju pada sosok gedis yang disorot dengan lampu terang di tengah panggung
yang tengah memegang biolanya. tak berapa lama terdengar riuh tepuk tangan yang
meriah,semua yang hadir di sana berdiri dan bersimpati pada ana.
tak heran
jika ana yang meraih piala kejuaraan di perlombaan itu. dan dengan
bangganya,ana ingin menunjukkan kemenanganya pada keluarganya,ana meletakkan
pialanya di meja sudut ruang tamu.
namun
kenyataanya berkata lain,ana justru harus menanggung imbas dari niat baiknya
sendiri.
“apa
maksud kamu memajang piala di meja sudut ruang tamu??”tegur papa pada ana
“ana
juara pa,ana menang lomba biola hari ini”
“anak
ga sopan,kamu itu seharusnya bisa mengerti perasaan adik-adik kamu. bukanya
menghina kekalahan mereka dengan cara seperti ini”tambah mama
“apa
kamu gila? kamu tidak menghargai adik-adik kamu yang hari ini kalah dengan
perlombaannya,sedangkan kamu memamerkan piala kamu di depan. buat apa kamu
kuliah kalau tatanan pikiran kamu seperti orang idiot?”
“bukanya
gitu pa,tapi..”tiba-tiba suara ana terhenti karna mendengar suara yang
mengganggu telinganya
“pranggg....”
ana segera
meraih tongkatnya dan menuju sumber suara benda jatuh yang mengusiknya
tersebut,dilihantnya piala yang indah dan berkilauan yang dia letakkan di meja
sudut ruangan itu telah hancur berkeping-keping. belum ada satu jam ana
memiliki piala itu,namun sudah harus remuk menjadi hancur.
ani yang
membanting piala ana,karna ani kesal dia tidak menang di perlombaanya,sedangkan
ana selalu saja bernasib baik. namun bukan berarti ana akan mendapat belass
kasihan dari orang tuanya,hal ini justru semakin menyudutkan dirinya sendiri.
ana hanya
bisa meratapi nasibnya dan mengumpulkan puing-puing pialanya yang dia dapatkan
dengan penuh perjuangan yang tak memiliki harga di mata keluarganya. ana masuk
ke kamarnya dan bersujud dengan menengadahkan kedua tanganya
“ya
Allah.. ampuni lah ana,ampuni ana karna ana udah buat keluarga ana
kecewa,mungkin ga seharusnya ana menunjukkan kemenangan ana kepada mereka.
sampai kapan ana seperti ini? ana tersiksa ya Allah..
kadang ana iri sama teman-teman ana yang
lain,merek yang jauh dan tidak tinggal satu atap dengan orang tuanya saja bisa
saling menyayangi,menghubungi,orang tua mereka selalu mendengarkan cerita mereka,liburan
bersama,dan berkumpul keluarga.
paman ana yang sejak ana kecil
menyayanginya,kini sudah berubah drastis sejak dia menikah dengan seorang
perempuan yang judes sifatnya.
sudah tidak ada lagi yang menyayangi
ana,ana serasa hidup sebatang kara saja. apa salah ana?? apa karna ana cacat?
ana jelek? ana juga tidak pernah mau untuk dilahirkan dengan kondisi seperti
ini,jika ana boleh meminta juga ana ingin agar dilahirkan normal seperti
anak-anak yang lainnya” rintihan dari seorang gadis malang ini memilukan setiap
hati yang mendengarnya
***
“brakk....”tangan
Tuan Irfan yang dihentakkan ke meja ruangan nya itu mengegerkan suasana rumah
yang tak pernah damai itu
“udahlah
pa.. kita pasti bisa melunasi semua hutang-hutang itu. kita cari jalan kelurnya
pa..” ujar Nyonya irma menenangkan suaminya
“bagaimana
mungkin ma? uang dari mana 5 milyar dalam waktu 3 hari?”
“mama
juga bingung pa..”
“mau
tinggal di mana kita nanti?”
“mama
ga mau jadi gembel pa..”
ternyata
keluarga ana sedang dililit hutang dengan perusahaan lain. dan apabila dalam
waktu 3 hari hutang mereka tidak dilunasi,maka semua akan disita oleh bank,dari
rumah sampai saham mereka akan ludes.
“ini
pasti karna kak ana,keluarga kita yang kena sial. liat tuh,mama sama papa jadi
susah kan..”ujar ani menghujat an
“mungkin
kalau ga ada kak ana di rumah ini,kita ga akan kena masalah seperti ini ya
kak?”celetuk eni
“kenapa
kalian menyalahkan kakak?”jawab ana
“ya
karna semua ini salah kakak kan..”sahut ana sambil menujuk-nunjuk muka ana
ana terancam
terhenti kuliah,papa dan mamanya menegurnya dan berkata bahwa ana harus
berhenti kuliah agar biaya mereka tidak habis untuk kuliah ana. ana dengan
berat hati harus merelakan diri melepas kuliahnya demi kelangsungan hidup
keluaranya dan sekolah adik-adiknya. keluarganya bangkrut dan mendadak miskin.
melihat kondisi sepertiitu,ana tidak tega. sekalipun
dia sering di caci maki di keluarganya,namun dia sangat menyayangi keluarganya
dan tidak pernah menaruh dendam.
ana berniat membantu keluarga nya untuk melunasi
semua hutang-hutang keluarganya dan demi kelangsungan sekolah adik-adiknya yang
sekolah di sekolah mahal di kota itu.
***
sejak 2 hari
yang lalu ana pergi meninggalkan rumah,kamarnya kosong dan jejak kakinya pun
tak nampak. bi inah sudah mencarinya ke berbagai tempat,namun tak juga dia
temukan gadis dengan julukan buruk rupa itu.
“dasar
anak pembawa sial,udah tau keluarga lagi kena musibah,pake acara ngilang
segala” ujar Tuan irfan
“bagus
dong pa kalo kak ana pergi,kita ga perlu repo-repot mengusirnya”celetuk ani
“justru
ini akan menjadi malapetaka untuk keluarga kita ani,bagaimana jika diluar sana
ana bertemu dengan salah satu rekan papa dan mama,pasti akan bertambah malu.
mau di taruh di mana muka mama dan papa kalau sampai mereka tau ana itu anak
kami,bisa hancur reputasi mama dan papa”jawab nyonya irma
“yaudahlah..sebarin
aja ke media ma,pa.. biar di cari sama orang-orang..”eni yang sejak tadi diam
pun akhirnya angkat bicara
“nah..ide
yang bagus eni”sahut tuan irfan senang
tak beraa
lama tersebar selembaran kertas di mana-mana dengan foto ana terpajang di sana
dan dengan tulisan:
“DI CARI ORANG HILANG”
keponakan saya dengan ciri-ciri cacat
dan buruk rupa.
barang siapa yang menemukan,harap menghubungi
nomor yang tertera.
ana
yang juga membaca selembaran itu pada sebuah pohon yang dia lewati semakin
miris hatinya,bagimana tidak? dia hanya di akui sebagai keponakan saja.
“mungkin memang kehadiranku ga
pernah diharapkan oleh mereka,”ujar ana pada dirinya sendiri
hari
ini adalah waktu terakhir untuk keluarga ana melunasi hutang piutangnya sebelum
segala harta bendanya disita oleh bank.
mobil-mobil
polisi mulai berdatangan ke rumah ana dengan banyak orang-orang berjas datang
membawa map menemui orang tua ana.
tuan
irfan dan nyonya irma terlihat sedang memohon-mohon kepada pria berjas yang
menagih hutangnya pada keluarga ana. orang tua ana memohon untuk diberikan
waktu lagi untuk melunasi semua hutang-hutang mereka. namun sepertinya sudah
tidak ada kesempatan lagi untuk keluarga ana,pria yang berjas itu tidak memberi
sedikitpun belas kasihan untuk keluarga ana.
line police akan segera dibentangkan untuk
mengelilingi rumah ana,semua barang-barang keluarga ana sudah dilemparkan keluar rumah oleh polisi, bi inah sudah di
suruh pulang kampung oleh nyonya irma sejak tadi pagi karna mereka tidak
sanggup menggaji bi inah lagi.
ani dan eni tampak menangis menjerit-jerit
karna ditarik keluar oleh polisi untuk meninggalkan kamar mereka dan segera
pergi dari rumah itu. ani dan eni tidak bisa membawa boneka-boneka kesayangan
mereka yang dibeli dengan branded mahal dan made in luar negeri.
perhiasan nyonya irma pun harus terlucuti dan
semua benda-benda antik dan mahal dirumah itu akan segera tertinggalkan oleh
pemilikknya.
rumah mewah yang katanya dihuni oleh orang
yang tajir itu akan segera beralih tangan dan penghuninya akan menjadi calon
penghuni pinggir jalanan. baju yang mewah akan segera tergantikan dengan kaos
biasa yang biasa mereka sumbangkan untuk pengemis.
saat genting dan tragis itu terjadi,tiba-tiba
datang seorang lelaki dengan pakaian nya yang sera hitam dan memakai topi serta
kacamata hitam ke rumah ana dan menyelonong masuk menemui tuan irfan yang
tengah berdebat dan tawar menawar dengan pria berjas serta polisi yang siap
menyita semua milik keluarganya.
“tunggu pak..”ujar pria misterius
itu
“anda siapa?” jawab polisi yang siap
menodongkan pistolnya
“saya hanya mau mengantarkan titipan
ini,”dengan menyodorkan amplop coklat yang isinya nampak begitu tebal
“apa ini? anda jangan main-main”ujar
polisi yang tengah curiga
“tuan irfan,silahkan di buka”jawab
pria misterius itu dengan santainya
tuan irfan segera membuka amplop coklat itu
dan terkejut melihat isi amplop yang tengah dia pegang hampir terjatuh karna
syok nya. uang dengan sejumlah 5 milyar berada di depan mata tuan irfan. beliau
seperti ketiban durian jatuh disaat jatuh dan tertimpah tangga.
“ini
untuk saya?”kata tuan irfan
“iya”
dengan segera tuan irfan menyodorkan uang
itu beserta amplopnya pada pria berjas
dan polisi-polisi yang memenuhi rumahnya.
“baiklah,jadi hutang anda lunas.
anda bisa tinggal dirumah ini lagi” jawab pria berjas dan seraya mengajak semua
polisi untuk pergi meninggalkan rumah yang berkediaman di jalan angsa nmor 3.
ani dan enipun masuk kembali kerumahnya dan
segera memeluk mama dan papanya,mereka tampak bahagia karna terbebas dari maut.
“terimakasih,saya janji saya akan
mengembalikan uang itu secepatnya tuan”ujar tuan irfan pada pria misterius yang
sejak tadi tampak santai
“tidak perlu repot-repot tuan
irfan.”
“maksudnya?”
pria misterius itu mengeluarkan surat yang dia
selipkan di saku celananya dan memberikanya pada tuan irfan,
“bacakan surat ini”pinta sang pria
misterius
“baiklah”
tuan
irfan mulai membuka surat yang ditulis dengan tulisan indah yang belum pernah ia jumpai selama ini. dengan perlahan
ia mulai membacakan isi surat yang di pegangnya
teruntuk keluargaku tersayang,
assalamuallaikum mama,papa dan
adik-adikku,
ana turut senang karna keluarga ana
bisa terselamatkan dari maut. mama dan papa tidak perlu cemas mencari ana,dan
menyebarkan selembaran dengan menyebut ana sebagai keponakan kalian. bukankah
ini yang kalian mau? ana pergi dan hilang dari kehidupan kalian.
MAMA ku irma yang aku sayang,mama tidak
akan hipertensi lagi karna biasanya marah-marah sama aku karna aku lelet dan
menyebalkan. ana bakal kangen banget sama
mama,ana kangen sama kecupan mama yang mama kasih sekali seumur hidup
ana di depan nenek sewaktu nenek masih hidup. sebelum kita sejauh matahari,kita
pernah sedekat nadi ma,yaitu saat aku berada di dalam rahim mama selama 9
bulan.
PAPA,gimana pa? tidak perlu malu lagi kan?
papa ga perlu gengsi lagi untuk mengadakan acara pertemuan keluarga bersama
rekan kerja papa,karna memiliki anak seperti ana yang cacat dan buruk rupa.
tidak ada lagi yang buat papa kesal dan memintai uang untuk bayaran kuliah,
ga ada lagi ana yang suka bikin ricuh
suasana rumah,dan bikin papa emosi. dan di rumah papa ga akan ada lagi anak
idiot.
adik-adikku tersayang ANI dan ENI kalian
jua tidak perlu ragu lagi untuk mengajak
kawan-kawan kalian main kerumah karna takut melihat aku yang buruk rupa hingga
kalian malu. oya,umur kakak sudah 20 tahun,dan kalian sekarang tidak perlu
membentak-bentak kakak lagi karna kalian menganggap kakak berusia 30an tahun
dengan alasan wajah kakak yang tidak kalian sukai. kakak tau,kalian malu kan
punya kakak seperti ini? tapi kakak akan selalu bangga mempunyai adik-adik
seperti ani dan eni. terus belajar dan berkarya ya adik-adikku.
semoga kepergianku mendatangkan
kebaikan ya untuk keluarga kita.
pa.. ma..
tolong jangan beri bi inah makanan yang
sudah basi,perlakukanlah bi inah seperti ani dan eni.
maaf ya selama ini udah ngerepotin
kalian,hari ini ana di ruang operasi ma,pa..
ana mau jual kedua ginjal ana. ana
bingung harus dengan cara apa ana membantu mama dan papa untuk melunasi
hutang-hutang itu,hanya ini yang ana punya. karna selama ini ana tidak pernah
berguna untuk keluarga,ana berharap kali ini ana dapat membantu keluarga ya.
ana sekaligus pamit,karna kepergian ana
pasti sangat kalian tunggu-tunggu.
ana sadar kehadiran ana selama ini
hanya menjadi beban dan pembawa sial untuk kalian. ana bangga memiliki keluarga
seperti kalian,mungkin nanti ana akan semakin bahagia saat sudah berada di
samping sang pencipta. Kalian semua harus tau, betapa ANA SANGAT MENYAYANGI KALIAN.
Mungkin dengan kepergian ana, semuanya akan tenang dan rumah kita menjadi
tentram. ana harap, gak akan ada lagi yang terkucilkan seperti ana. Yang selalu
menangis setiap malam. Yang selalu merindukan hangatnya kekeluargaan. Mungkin
dengan kepergian ini, aku akan tahu bagaimana kalian akan mengenangku, seperti
aku yang selalu mengenang kalian setiap malam dengan tangisan. . . Semoga
KALIAN SEMUA BAHAGIA TANPA ANA, AAMIIN.
Salam rindu penuh tangis bahagia
Salam rindu penuh tangis bahagia
adelia zivana
keluarga ana yang mendengar surat dari ana
tiba-tiba menangis semua,baru kali ini mereka menangis untuk seorang ana yang
selama ini mereka perlakukan dengan tidak adil.
belum selesai mereka bersedih sedihan,pria
misterius segera menunjuk pada mobil ambulance yang datang membawa jenazah ana.
jenazah ana diturunkan dihadapan
keluarganya,dan saat peti di buka,mereka tak kuasa menahan kesedihan atas
kehilangannya terhadap sosok ana yang tak pernah mereka anggap ada itu.
ana pergi dengan menginggalkan berjuta
penyesalan disetiap tangis yang jatuh. Kini, ia telah tenang dan jauh dari
ketidakadilan selama hidupnya. Walau air mata tengah menangisinya yang telah
pergi untuk selama-lamanya. . .
The End
The End
Tidak ada komentar:
Posting Komentar