Kamis, 12 September 2013

perjalanan hidup


Setajam Pisau Tumpul

            “aku terhanyut terbawa suasana malam,aku merasa kepalaku pusing-pusing dengan berbagai pertanyaan yang ada di otakku. Aku berpikir,mengapa teman di sekolah menjadikan aku sebagai bahan obrolan mereka setiap hari?? Dan mengapa harus kata-kata jelek yang terlontar untukku? Apakah tidak ada yang lain?..”tanyaku pada diriku sendiri
            Ayah dan ibu ku pun begitu,tidak berbeda jauh dengan  mereka. Lama aku berfikir,hingga tertidur karna kelelahan. Keesokan paginya aku kembali beraktivitas seperti biasa yaitu sekolah. Setibanya di sekolah kembali aku mendengar kata-kata yang menjadi sarapanku tiap hari. Padahal hampir setiap hari ibuku marah-marah terhadap ku karna susah di bangunin.” telinga ku panas…!!!!”teriak hatiku
Aku bosan mendengar semua kata-kata itu. Mungkin karna sudah terlalu sering,sehingga aku merasa tidak nyaman.
            Ketika lonceng pulang berdentang,aku segera berlari keluar kelas dengan sekuat tenaga tanpa mengetahui arah,aku ingin pergi dari kehidupan ku yang gelap ini. Tanpa aku sadari,langit yang awalnya terlihat cerah berubah menjadi mendung,tak lama hujan lebat pun turun di sertai dengan kilat dan Guntur yang bersahut-sahutan. Aku yang terus berlari tanpa mengenal arahpun,akhirnya menghentikan langkahku menuju sebuah rumah kecil di pinggir jalan. Ketika aku berbalik badan kearah rumah tersebut,aku melihat sebuah kaca yang basah terkena embun air hujan,di sana terlihat gambaran diriku,aku mulai mengamati diriku sendiri dari ujung kaki sampai ujung rambut,”inikah aku??.. inikah seorang ila?” tanyaku pada diriku sendiri.
Kulihat bajuku,rok,sepatu dan rambutku yang acak-acakan,”mungkin benar kata mereka,kalau aku ini  jelek,kummel,dekil,sok-sokan,suka menghambur-hamburkan uang,yang tidak pernah ku ketahui bagaimana susahnya orang tuaku mendapatkannya,pekerjaanku setiap hari hanyalah membolos,tidak pernah mendengrkan nasehat orang tua dan guruku. Mungkin pantas apabila aku kerap menjadi bahan omongan orang. Akupun menoleh kearah kanan,di sana ada seorang ibu yang menggendong anakknya yang kedinginan,karna kehujanan. Pikiranku melayang teringatkan ibuku,aku selalu membantah terhadap dia,membangkang,bahkan pernah aku membentaknya. Padahal ibuku selalu menyayangiku tanpa memandang semua perbuatan ku ini,air mata menetes satu demi satu hingga bersaing dengan air hujan.
            Aku mulai melangkahkan kaki beranjak pergi dari depan rumah tadi,ku telusuri jalan setapak dengan penuh penyesalan seorang diri,ku sadari,sudah 2 tahun aku tidak naik kelas,itu karna aku terlalu bodoh. Padahal aku ini adalah anak satu-satunya dari kedua orang tuaku,satu-satunya harapan bagi mereka,namun apakah yang aku lakukan,justru mengacaukan semuanya,”maafkan aku.. ayah,ibu..”teriakku menantang hujan “dan mulai detik ini,aku akan berubah!!” aku berlari kencang berharap segera bertemu dengan ayah dan ibuku untuk meminta maaf. Setibanya di rumah,ku lihat ayah sedang memandangi gubuk nya yang hampir ambruk karena sudah rusak,dan terkena hujan lebat pula.
            Betapa perihnya hatiku tersayat-sayat melihat penderitaan ayahku. Kulihat ibuku,beliau  sedang membereskan perabotan dapur yang basah serta dapur yang kebanjiran karna bocor. “Ya Tuhan..”ratap ku. “tolong hamba,apa yang harus hamba lakukan?.. hamba tidak tega melihat semua ini!!”
Kemudian aku segera masuk kekamar,karna sudah tidak mampu melihat semuanya. Menjelang malam,ketika ayah dan ibu sedang duduk di atas sebuah tikaraku berencana untuk menemui mereka dan meminta maaf. Aku teringat bagaimana ibu dulu mengajariku membuat sebuah kopi,sejenak aku berfikir,alangkah baiknya apabila ku buatkan kopi untuk mereka berdua. Dengan langkah yang penuh arti,ku tenteng nampan yang berisi 2 gelas kopi, dan kusuguhkan di depan mereka.”ini yah,bu…. Kopinya. Silahkan di minum”kataku.
Sontak ayah dan ibu ku kaget dan mengucapkan namaku dengan bersamaan “ILA!!!”
“benarkah ini engkau nak?..” Tanya ibuku keheranan “ayah tidak sedang mimpi kan,nak?..”tambah ayahku. Aku terdiam menangis memandangi ayah dan ibuku,kupeluk mereka erat-erat sambil berkata “maafkan aku ayah,ibu.. maafkan semua kesalahan,kenakalan,dan kelakuan ku selama ini. Ila menyesal sudah sering membuat ayah dan ibu kesal,marah dan durhaka”rintihku
            Ayah dan ibuku pun ikut menangis karna melihat aku  menangis.”iya nak,ayah dan ibu sudah memaafkan mu sebelum kamu minta maaf.”jawab ayahku
            Suasana malam itu haru penuh air mata.  Sejak malam itu kami menjadi keluarga yang baru,keluarga yang penuh harapan agar keluarga kami ini menjadi keluarga yang utuh dan bahagia.
            Malampun berganti pagi,tak seperti biasanya aku bangun lebih pagi dari biasanya dan segera membantu ibu di dapur. Aku yang biasanya mandi bebek,kini aku mencoba lebih rajin. Baju uyang tidak pernah aku setrika,pagi itupun ku setrika. Rambut yang biasanya tidak pernah di sisir dengan rapi,aku ikat dengan rapi. Pagi itu penampilanku berbeda dengan biasanya.          Setibanya di sekolah,semua teman-temanku terbelalak terheran melihatku.”kamu seperti ulat yang telah berubah menjadi kupu-kupu ..kenapa tidak dari dulu,ila??”puji dan Tanya milly. “terima kasih milly,ini semua juga berkat kalian  semua yang setiap hari menyindirku.” Ucapku menyindir mereka
            Mereka lalu terdiam mendengar jawabanku. Namun perubahanku ini belum menyebar ke seluruh aktivitasku. Bagaikan ulat yang telah berubah menjadi kupu-kupu namun belum bisa terbang. Buktiny aku di kelas masih rendah di mata pelajaran “aku ingin menjadi orang yang pintar,aku malu selama 2 tahun duduk di kelas 1 SMK,apakah tidak ada jalan keluar agar aku bisa naik kelas?...” ujarku
            “ila,kalau kita semangat belajar,kita pasti bisajadi anak yang pintar!!”kata Bu Ina
            Aku mendalami kata-kata bu ina,sesampainya di rumah,aku langsung rajin belajar,walaupun aku tidak mengerti apa yang sedanng aku pelajari. Karna kepalaku sudah pusing,aku tiba-tiba teringat perkataan ayahku dulu. Ketika ayahku sedang mengasah sabit,aku bertanya kepada ayahku,”ayah,kenapa sabit itu harus di asah??..” tanyaku
            “ila,pekerjaan ayahkan merumput setiap harinya,jadi ayah  mengasahnya setiap hari agar tajam dan bisa di gunakan untuk merumput,coba kalau tidak,sabit ini akan tumpul dan tidak ada gunanya sama sekali.
Begitupun dengan kita,apabila otak kita sering di asah maka kita akan menjadi pintar”jelas ayah
            Dari perkataan ayah tadi,aku terinspirasi untuk mengasah  otakku agar aku pintar,aku melangkahkan kaki menuju halaman  belakang rumah ,ku amati alat pengasah ayahku dari yang paling kecil hingga yang paling besar. Aku memilihyang lebih kecil terlebih dahulu agar tidak berat,kugosokkan di kepala sampai beberapa menit,aku menghentikannya dan bertanya,”apakah aku sudah pintar?..” ternyata aku belum pintar juga,karna aku  belum bisa berbahasa inggris. Dalam mengerjakan soal,ku ambil kalimat “im very stupid”. Ku ambil alat pengasah yang lumayan besar,namun belum berhasil juga karna aku masih sulit untuk menjawab
Hingga alat pengasah yang paling besar,ketika sedang asyik menggosok-gosok kannya ke kepalaku,tiba-tiba ayah datang dan “ILA..!!”
“Ada apa ayah?”tanyaku
“apa yang sedang kamu lakukan terhadap alat pengasah ayah?..” Tanya ayah dan mengambil alat-alatnya itu dari tanganku.
“em.. aku tidak sedang melakukan apa-apa ayah,aku hanya sedang mempraktikkan apa yang pernah ayah katakana kepadaku,ingatkah ayah? Dulu ayah pernah berkata kepadaku,kalau otak kita sering di asah,maka kita akan menjadi pintar,ila ingin pintar ayah.”
“ya ampun ila,maksud dari perkataan ayah,apabila kita rajin belajar,maka otak kita akan pintar. Bukan mengasahnya dengan menggunakan alat pengasah sabit ayah.”
“o.. begitu? Kenapa ayah tidak bilang sejak dulu?”gerutuku
            Dalam hatiku tertawa terbahak-bahak menertawakan diriku sendiri. karna malu,aku segera beranjak masuk ke kamar untuk belajar. Mulai ku tekuni pelajaran yang ada di sekolah,aku ingin pintar seperti teman-temanku yang lain,aku ingin mengejar cita-citaku,walaupun hanya mengandalkan ijasah SMK, seperti teman-temanku yang sudah lulus.
            Aku ingin membahagiakan orang tuaku,karna hany aku satu-saatunya harapan mereka. Hari demi hari kuseriusi demi menantang masa depanku,dengan penuh semangat, dukungan dari orangtua,dan tak lupa di sertai denga doa,aku terus menelusuri hidupku,hanya satu yang ada di pikiran ku,”SUKSES,SUKSES DAN SUKSES!!”
            Tak aku hiraukan usia ku sekarang. Yang aku pikirkan,bagaiman agar aku bisa menjadi orang sukses. Aku merasa jenuh selama 2 tahun duduk di bangku kelas sepuluh,namun.. begitu banyak hambatan bagiku,seperti harus mendaki gunung yang penuh ranting-ranting tajam,untuk mencapai puncak gunung yang melambangkan kesuksesan. Berbagai hal harus ku lalui,seperti siksaan batin yang  terus aku alami karna harus melihat kedua orang tuaku yang semakin hari semakin di makan usia,usaha dan penghasilan mereka pun minim,hanya cukup untuk makan sehari,itupun kalau ada rejeki,kalau tidak bagaimana?
            Keesokan harinya,setelah pulang sekolah,aku tidak langsung pulang keruah,melainkan pergi ke hutan. Di sana aku mencari berbagai macam bunga yang dapat ku rangkai,dan di jual,berbagai kretifitas kutuangkan agar berbagai bunga yang awalnya biasa-biasa saja dapat berubah menjadi bunga yang luar biasa bagusnya,agar harga jualnya pun tinggi. Setelah semuanya selesai,kulihat matahari menunjukkan pukul 14.00 WIB.
“ah masih siang,lebih baik aku ke pasar dulu untuk menjual bunga-bunga ini,”pikirku
Sesampainya di pasar,aku mulai memilih tempat untuk berjualan,selanjutnya mulai kutawarkan bunga-bungaku.
“bunga.. bunga……”dengan paduan seni berkali-kali “berkli-kali ku promosikan bungaku.. syukurlah akhirnya bungaku laku juga,walaupun tidak semua.”syukurku,kemudian selagi di pasar,uang hasil penjualan bungaku ku tersebut aku gunakan untuk membeli beras dan sayuran untuk ibu di rumah.
            Aku tiba di rumah pukul 17.25 WIB,ternyata ibu sudah cemas mencariku.
“ila.. dari mana saja kamu nak? Jam segini baru pulang”Tanya ibu cemas
“maaf  ibu,ila tadi pergi ke pasar dulu,menjual bunga-bunga yang ila dapat dari hutan. Ini ila belikan beras dan sayuran untuk makan malam nanti.”jawabku
Kemudian ibu memelukku erat-erat sambil menangis dan berkata”maafkan ibu nak,ya ng tidak bisa membuat hidupmu bahagia”
“ibu.. ila yang minta maaf ,karna ila,ayah dan ibu jadi repot. “
            Hari selanjutnya,aku mencari bunga-bunga lagi dank u jual di pasar,setelah pulang sekolah. Seperti hari sebelumnya,setiba di pasar mulai ku tawarkan bunga-bungaku. Dengan perut keroncongan dan tenggorokan kering,kulontarkan suaraku. Anehnya,hari itu bungaku laku semua. Betapa senang  hatiku,namun satu h al yang sedikit membuat ku sedih,teman-temanku yang kebetulan  main ke pasar  mengejek,menghina dan mengolok-olokku. Berbagai perkataan dari mulut mereka hanya aku biarkan saja,ku anggap semua itu angin yang berlalu.
            Aku pulang dengan perasaan senang,dan tidak dengan tangan hampa pastinya.ketika aku pulang,dengan membawa beberapa kantong plastik,terlihat senyum yang sangat membahagiakanku,dari bibir ibuku.hari demi hari terus kulalui dengan penuh semangat,dan terus menjual bunga-bunga hutan di pasar. Semakin hari,kini semakin aku perbanyak macam motif dan jenis bunga yang kurangkai,dan hasilnya pun sangat memuaskan.
            Selama bertahun-tahun,aku melakukan berbagai penjualan bunga tanpa mempengaruhi focus belajarku. Prestasiku pun menigkat drastic bagaikan pesawat roket yang melesat ke angkasa.
Ku tekuni semua ini hingga aku dapat membuka sebuah toko bunga kecil di depan rumah,uang hasil dari penjualan bunga,selain aku gunakan untuk biaya sekolah,juga aku gunakan untuk membenahi rumahku yang sudah rusak. Dari kios bunga yang kecil,aku dapat memperbesar kiosku dan memiliki beberapa karyawan. Tidak  kusangka,aku yang dulunya bodoh,kini dapat menjadi seorang guru. Kini orang tuaku hanya duduk manis di rumah menikmati hari tuanya “kasihan mereka dulu,mereka bersusah payah demi aku,kini sepantasnya mereka menerima nya,walaupun tidak sebanding dengan apa yang telah mereka berikan untukku.”ujarku
            “im very stupid” dan
Akhirnya hal itu dapat aku pecahkan,”mengapa setiap orang yang aku Tanya “im very stupid’ tidak menjawab nya. Karna apabila mereka menjawab,samasaja itu mereka merendahkan harga diri mereka sendiri. Karna artinya,”saya sangat bodoh”.
Kemudian hasil dari    semua orang-orang heran terhadapku,gadis cupu yang bodoh bisa menjadi seorang guru matematika.
” Hal ini aku pastikan tidak terulang pada murid-muridku kelak.”harapku



Tidak ada komentar:

Posting Komentar